Kamis, 08 April 2010

KOORDINASI DAN SUBORDINASI

A. Pengertian
Jika kita mengamati satuan-satuan sintaktis (frasa dan kalimat) ternyata satuan –satuan tersebut terdiri atas bagian-bagian yang lebih sederhana. Bagian-bagian yang membentuk satuan sintaktis tersebut sering disebut konstituen (Moeljono, 1988:257). Konstituen yang membentuk satuan sintaksis tersebut memiliki hubungan antara konstituen-konstituen pembentuknya. Hubungan konstituen yang salah satunya terikat pada konstituen lain disebut hubungan subordinasi. Sebaliknya, hubungan konstituan yang mandiri, konstituen-konstituen pembentuk satuan sintaksis mampu berdiri sendiri, tidak saling terikat disebut hubungan koordinasi.
Dalam kamus linguistik subordinasi diartikan 1) penggabungan dua unsur gramatikal dengan cara sedemikian rupa sehingga yang satu terikat pada yang lain, 2) hubungan antara klausa terikat dan klausa bebas (Kridalaksana, 2008:229). Koordinasi diartikan 1) penggabungan satuan-satuan gramatikal sederajat dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi, 2) konstruksi gramatikal yang terjadi demikian (Kridalaksana, 2008:136).
Menurut keraf koordinatif adalah kedudukan pola-pola kalimat sama tinggi, tidak ada pola-pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang lain. Subordinatif berarti hubungan antara pola-pola kalimat tidak sederajat, karena ada pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang lain (Keraf, 1984:168)

B. Subordinasi dan Koordinasi dalam Satuan Sintaktis
Berdasarkan pengertian dalam kamus linguistik, subordinasi bisa berkonstruksi frasa (dalam pengertian pertama) dan bisa berkonstrukasi kalimat (dalam pengertian kedua). Koordinasi juga bisa berkonstruksi frasa (dalam pengertian pertama) dan bisa berkonstruksi kalimat (dalam pengertian kedua). Jika pengertian Keraf subordinasi dan koordinasi hanya berkonstruksi kalimat.

1. Subordinasi dalam Konstruksi Frasa
Subordinasi dalam konstruksi frasa artinya unsur-unsur pembentuk frasa (konstituen frasa) memiliki unsur yang terikat unsur yang lain, contoh:
/mobil baru/
Frase tersebut terdiri atas konstituen ”mobil” dan ”baru”. Mobil pada frasa mobil baru memiliki kemandirian, sedangkan baru terikat pada unsur mobil. Frasa mobil baru adalah frasa subordinatif.

2. Subordinasi dalam Konstruksi Kalimat
Subordinasi juga terdapat pada konstruksi kalimat, kalimat dalam hal ini adalah kalimat yang memiliki dua konstruksi klausa, yaitu terdiri atas klausa bebas dan klausa terikat sehingga oleh keraf hubungan antar klausa tersebut tidak sederajat. Klausa bebas sebagai pokok kalimat, sedangkan klausa terikat menduduki fungsi dalam dalam kalimat yang lebih luas, contoh:
”Demonstrasi mahasiswa terjadi ketika pemerintah menaikkan harga BBM.”
Kalimat tersebut terdiri atas dua klausa:
/demonstrasi mahasiswa terjadi kemarin/
/pemerintah menaikkan harga BBM/
Klausa pertama merupakan klausa pokok karena bukan dari fungsi sintaktis yang lebih luas. Sedangkan klausa kedua adalah klausa sematan karena klausa tersebut menduduki fungsi keterangan pada konstruksi sintaktis yang lebih luas. Kalimat yang demikian disebut kalimat subordinatif.

3. Koordinasi dalam Konstruksi Frasa
Koordinasi dalam konstruksi frasa artinya unsur-unsur (konstituen) frasa memiliki kemandirian, tidak ada unsur yang terikat pada unsur lain, contoh:
/hancur lebur/
Frasa tersebut terdiri atas unsur ”hancur” dan ”lebur”. Kedua unsur tersebut memiliki kemandirian. Unsur ”hancur” tidak terikat unsur ”lebur”. Demikian pula, unsur ”lebur” tidak terikat unsur ”hancur”. Frasa yang demikian disebut frasa koordinatif.
4. Koordinasi dalam Konstruksi Kalimat
Koordinasi dalam kalimat terdapat pada kalimat yang memiliki dua klausa. Kedua klausa tersebut memiliki hubungan sederajat. Tidak ada klausa yang merupakan fungsi sintaktis dalam kalimat yang lebih luas. Kedua klausa biasanya dihubungkan dengan konjungtor koordinatif, seperti dan, atau, tetapi, contoh:
”Saya sudah meminta izin kepada orang tuaku, tetapi orang tuaku tidak mengizinkannya.”
Kalimat tersebut terdiri atas dua klausa:
/saya sudah meminta izin kepada orang tuaku/
/orang tuaku tidak mengizinkannya/
Kedua klausa memiliki kemandirian sebagai sebuah kalimat karena tidak ada klausa yang merupakan fungsi sintaktis yang lebih luas. Kalimat yang demikian sering disebut kalimat koordinatif.

C. Analisis Subordinasi dan Koordinasi dalam Satuan Sintaktis
Subordinasi dan koordinasi dalam konstruksi sintaktis sudah diuaraikan di atas, namun jika mencari contoh lain akan timbul masalah, contoh:
/meja kursi baru/
Frasa tersebut memiliki tiga unsur yaitu ”meja”, ”kursi”, dan ”baru”. Unsur ”meja” dan ”kursi” adalah unsur bebas, sedangkan unsur ”baru” adalah unsur terikat. jika demikian frasa tersebut termasuk frasa subordinatif atau frasa koordinatif.
Untuk menelaah frasa di atas kita harus mengetahui proses unsur-unsr tersebut membentuk satuan sintaktis frasa. Proses pembentukkan frasa di atas dapat dibuat bagan sebagai berikut:
meja + kursi + baru

Unsur ”meja” dan ”kursi” membentuk frase lebih dulu ”meja kursi”. Frase ”meja kursi” membentuk frase yang lebih luas menjadi ”meja kursi baru”. Frase ”meja kursi” adalah frase koordinatif, sedangkan frase ”meja kursi baru” disebut frase subordinatif.
Cobalah analisis frase-frase berikut!
/penyiar televisi swasta/
/rumah hancur lebur/
/mobil baru suami istri/
Permasalahan subordinasi dan koordinasi juga terjadi pada tataran kalimat. Perhatikan contoh berikut:
”Demonstrasi mahasiswa terjadi ketika pemerintah menaikkan harga BBM dan masyarakat membutuhkan lapangan kerja.”
Kalimat tersebut terdiri atas tiga klausa, yaitu
/demonstrasi mahasiswa terjadi kemarin/
/pemerintah menaikkan harga BBM/
/masyarakat membutuhkan lapangan kerja/
Klausa pertama adalah klausa bebas, sedangkan klausa kedua dan ketiga adalah klausa terikat karena memiliki satu fungsi sintaktis yang lebih luas. Kalimat semacam itu disebut kalimat campuran dengan satu klausa bebas dan dua klausa terikat. Konstruksi kalimat lain juga bisa terdiri atas dua klausa bebas dan satu klausa terikat. Bisakah Anda membuat contoh kalimat tersebut? Jika, ya. Cobalah Anda buat contohnya.

Pustaka
Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman. 2005. Morfosintaksis. Jakarta : Rineka Cipta
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores : Nusa Indah
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Moeljono, anton M. et.al. 1993. Tata bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

0 komentar:

Posting Komentar