Kamis, 08 April 2010

KOORDINASI DAN SUBORDINASI

A. Pengertian
Jika kita mengamati satuan-satuan sintaktis (frasa dan kalimat) ternyata satuan –satuan tersebut terdiri atas bagian-bagian yang lebih sederhana. Bagian-bagian yang membentuk satuan sintaktis tersebut sering disebut konstituen (Moeljono, 1988:257). Konstituen yang membentuk satuan sintaksis tersebut memiliki hubungan antara konstituen-konstituen pembentuknya. Hubungan konstituen yang salah satunya terikat pada konstituen lain disebut hubungan subordinasi. Sebaliknya, hubungan konstituan yang mandiri, konstituen-konstituen pembentuk satuan sintaksis mampu berdiri sendiri, tidak saling terikat disebut hubungan koordinasi.
Dalam kamus linguistik subordinasi diartikan 1) penggabungan dua unsur gramatikal dengan cara sedemikian rupa sehingga yang satu terikat pada yang lain, 2) hubungan antara klausa terikat dan klausa bebas (Kridalaksana, 2008:229). Koordinasi diartikan 1) penggabungan satuan-satuan gramatikal sederajat dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi, 2) konstruksi gramatikal yang terjadi demikian (Kridalaksana, 2008:136).
Menurut keraf koordinatif adalah kedudukan pola-pola kalimat sama tinggi, tidak ada pola-pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang lain. Subordinatif berarti hubungan antara pola-pola kalimat tidak sederajat, karena ada pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang lain (Keraf, 1984:168)

B. Subordinasi dan Koordinasi dalam Satuan Sintaktis
Berdasarkan pengertian dalam kamus linguistik, subordinasi bisa berkonstruksi frasa (dalam pengertian pertama) dan bisa berkonstrukasi kalimat (dalam pengertian kedua). Koordinasi juga bisa berkonstruksi frasa (dalam pengertian pertama) dan bisa berkonstruksi kalimat (dalam pengertian kedua). Jika pengertian Keraf subordinasi dan koordinasi hanya berkonstruksi kalimat.

1. Subordinasi dalam Konstruksi Frasa
Subordinasi dalam konstruksi frasa artinya unsur-unsur pembentuk frasa (konstituen frasa) memiliki unsur yang terikat unsur yang lain, contoh:
/mobil baru/
Frase tersebut terdiri atas konstituen ”mobil” dan ”baru”. Mobil pada frasa mobil baru memiliki kemandirian, sedangkan baru terikat pada unsur mobil. Frasa mobil baru adalah frasa subordinatif.

2. Subordinasi dalam Konstruksi Kalimat
Subordinasi juga terdapat pada konstruksi kalimat, kalimat dalam hal ini adalah kalimat yang memiliki dua konstruksi klausa, yaitu terdiri atas klausa bebas dan klausa terikat sehingga oleh keraf hubungan antar klausa tersebut tidak sederajat. Klausa bebas sebagai pokok kalimat, sedangkan klausa terikat menduduki fungsi dalam dalam kalimat yang lebih luas, contoh:
”Demonstrasi mahasiswa terjadi ketika pemerintah menaikkan harga BBM.”
Kalimat tersebut terdiri atas dua klausa:
/demonstrasi mahasiswa terjadi kemarin/
/pemerintah menaikkan harga BBM/
Klausa pertama merupakan klausa pokok karena bukan dari fungsi sintaktis yang lebih luas. Sedangkan klausa kedua adalah klausa sematan karena klausa tersebut menduduki fungsi keterangan pada konstruksi sintaktis yang lebih luas. Kalimat yang demikian disebut kalimat subordinatif.

3. Koordinasi dalam Konstruksi Frasa
Koordinasi dalam konstruksi frasa artinya unsur-unsur (konstituen) frasa memiliki kemandirian, tidak ada unsur yang terikat pada unsur lain, contoh:
/hancur lebur/
Frasa tersebut terdiri atas unsur ”hancur” dan ”lebur”. Kedua unsur tersebut memiliki kemandirian. Unsur ”hancur” tidak terikat unsur ”lebur”. Demikian pula, unsur ”lebur” tidak terikat unsur ”hancur”. Frasa yang demikian disebut frasa koordinatif.
4. Koordinasi dalam Konstruksi Kalimat
Koordinasi dalam kalimat terdapat pada kalimat yang memiliki dua klausa. Kedua klausa tersebut memiliki hubungan sederajat. Tidak ada klausa yang merupakan fungsi sintaktis dalam kalimat yang lebih luas. Kedua klausa biasanya dihubungkan dengan konjungtor koordinatif, seperti dan, atau, tetapi, contoh:
”Saya sudah meminta izin kepada orang tuaku, tetapi orang tuaku tidak mengizinkannya.”
Kalimat tersebut terdiri atas dua klausa:
/saya sudah meminta izin kepada orang tuaku/
/orang tuaku tidak mengizinkannya/
Kedua klausa memiliki kemandirian sebagai sebuah kalimat karena tidak ada klausa yang merupakan fungsi sintaktis yang lebih luas. Kalimat yang demikian sering disebut kalimat koordinatif.

C. Analisis Subordinasi dan Koordinasi dalam Satuan Sintaktis
Subordinasi dan koordinasi dalam konstruksi sintaktis sudah diuaraikan di atas, namun jika mencari contoh lain akan timbul masalah, contoh:
/meja kursi baru/
Frasa tersebut memiliki tiga unsur yaitu ”meja”, ”kursi”, dan ”baru”. Unsur ”meja” dan ”kursi” adalah unsur bebas, sedangkan unsur ”baru” adalah unsur terikat. jika demikian frasa tersebut termasuk frasa subordinatif atau frasa koordinatif.
Untuk menelaah frasa di atas kita harus mengetahui proses unsur-unsr tersebut membentuk satuan sintaktis frasa. Proses pembentukkan frasa di atas dapat dibuat bagan sebagai berikut:
meja + kursi + baru

Unsur ”meja” dan ”kursi” membentuk frase lebih dulu ”meja kursi”. Frase ”meja kursi” membentuk frase yang lebih luas menjadi ”meja kursi baru”. Frase ”meja kursi” adalah frase koordinatif, sedangkan frase ”meja kursi baru” disebut frase subordinatif.
Cobalah analisis frase-frase berikut!
/penyiar televisi swasta/
/rumah hancur lebur/
/mobil baru suami istri/
Permasalahan subordinasi dan koordinasi juga terjadi pada tataran kalimat. Perhatikan contoh berikut:
”Demonstrasi mahasiswa terjadi ketika pemerintah menaikkan harga BBM dan masyarakat membutuhkan lapangan kerja.”
Kalimat tersebut terdiri atas tiga klausa, yaitu
/demonstrasi mahasiswa terjadi kemarin/
/pemerintah menaikkan harga BBM/
/masyarakat membutuhkan lapangan kerja/
Klausa pertama adalah klausa bebas, sedangkan klausa kedua dan ketiga adalah klausa terikat karena memiliki satu fungsi sintaktis yang lebih luas. Kalimat semacam itu disebut kalimat campuran dengan satu klausa bebas dan dua klausa terikat. Konstruksi kalimat lain juga bisa terdiri atas dua klausa bebas dan satu klausa terikat. Bisakah Anda membuat contoh kalimat tersebut? Jika, ya. Cobalah Anda buat contohnya.

Pustaka
Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman. 2005. Morfosintaksis. Jakarta : Rineka Cipta
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores : Nusa Indah
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Moeljono, anton M. et.al. 1993. Tata bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Facebook | Foto I Love Jesus - Foto Profil

Facebook | Foto I Love Jesus - Foto Profil

Jumat, 12 Maret 2010

KELAS KATA TUGAS DAN CIRINYA NOMINA DAN VERBA
SEBAGAI PENGISI SUBJEK DAN PREDIKAT

I. KELAS KATA TUGAS DAN CIRINYA

1. Kelas kata apa saja yang termasuk kelas kata tugas ?
Secara semantis kata tugas merupakan kata yang hanya mengandung konsep-konsep relasional (Keraf, 1991:105). Dengan istilah lain kata tugas merupakan kata yang hanya memiliki makna gramatikal (Alwi dkk., 2000:287). Dari sudut ini kata tugas memiliki persamaan dengan afiks, yakni memiliki makna gramatikal. Perbedaannya, afiks tidak mempunyai kemandirian dalam tata tulis, artinya afiks selalu ditulis berangkai dengan bentuk bebas lainnya sedangkan kata tugas dapat ditulis berdiri sendiri, kecuali partikel -lah, -kah, -tah. Meskipun demikian baik kata tugas maupun afiks secara semantis adalah bentuk terikat karena tidak mampu hadir secara mendiri dalam tutur, keculi beberapa kata tugas yang tergabung dalam interjeksi.
Secara morfologis kata tugas adalah kata yang tidak mampu menjadi dasar pembentukan bentuk kata lain (2000:287). Ciri ini yang membedakan kata tugas dengan kata utama, seperti verba nomina. Verba datang dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi, mendatangkan, dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata tugas sebab dan sampai, tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang bentuknya sama tetapi kategorinya berbeda.
Secara sintaksis kata tugas merupakan kata yang hampir semuanya perlu pendampingan kelas kata lain, kecuali terinjeksi (Kridalaksana, 1986:47)
Dengan demikian, kata tugas adalah kata yang hanya memiliki makna gramatikal yang tidak mampu menjadi dasar pembentukan kata dan kehadirannya memerlukan pendampingan kelas kata yang lain.

2. Kata Tugas Ciri dan Fenomena Morfologi
Para ahli bahasa memiliki cara pandang yang berbeda terhadap kata tugas. Di antara mereka yang telah menggunakan istilah kata tugas adalah Gorys Keraf. Beliau menjelaskan bahwa kata tugaas terdiri dari preposisi, konjungsi, dan adverbia (1991:107). Ahli yang lain seperti Raja Ali Haji menggunakan istilah “Harf” untuk menyebut preposisi, konjungsi, interogativa, dan onomatope. Anton M. Moeliono menggunakan istilah partikel untuk merujuk preposisi, konjungsi, penunjuk modalitas, penunjuk aspek, dan penunjuk derajat (dLm Kridalaksana, 1986:19).
Di dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata tugas terdiri atas beberapa subkategori, yaitu: preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula, dan pertikel penegas.
a. Preposisi
Secara semantis, preposisi menandai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi dengan konstituen dibelakangnya. Dalam kasus klausa pergi ke pasar misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara pergi dan pasar.
Secara sintaksis, preposisi berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga membentuk frasa yang dinamakan frasa preposisional, seperti ke kampus, sampai penuh, dan dengan segera.
Secara morfologis, preposisi tidak mampu menjadi bentuk dasar dalam pembentukan kata.
Dilihat dari bentuknya, preposisi ada dua macam, yaitu preposisi tunggal dan preposisi majemuk. Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata dapat berupa kata dasar, misalnya di, ke, dari, pada, dan kata berafiks, seperti selama, mengenal dan sepanjang.
b. Konjungtor
Secara semantis, konjungtor menandai hubungan makna antara konstituen di depan
konjungtor dengan konstituen dibelakangnya. Contoh:
(1) Tari dan Ida sedang belajar bahasa.
Konjungtor dan menunjukan hubungan makna penambahan atau penjumlahan antara Tari
dan Ida.
Secara sintaksis, konjungtor dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: konjungtor
koordinatif, konjungtor korelatif, konjungtor subordinatif, dan konjungtor antar
kalimat.
Secara morfologis, konjungtor tidak mampu menjadi bentuk dasar dalam pembentukan
kata.
c. Interjeksi
Secara semantis, interjeksi mengungkapkan rasa hati pembicara seperti rasa kagum,
sedih, dan heran. Untuk menyatakan betapa cantiknya seseorang, misalnya, kita
tidak hanya berkata, “Cantik sekali kau,” tetapi diaawali dengan kata seru atau
interjeksi aduh yang mengungkapkan perasaan kagum kita. Dengan demikian, kalimat
“Aduh, cantik sekali kau,” tidak hanya menyatakan fakta tetapi juga rasa hati
pembicara.
Secara sintaksis, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain.
Interjeksi mampu hadir secara mandiri dalam tutur tidak memerlukan pendampingan
konstituen lainnya.
(2) a. Masyaallah!
b. Masyaallah, seekor sapi berkepala lima!
(3) a. Amboi!
b. Amboi, sedap sekali masakan ini!
Kalimat (a) hanya memiliki satu konstituen, yakni interjeksi itu sendiri.
Kehadiran interjeksi tidak bergantung pada konstituen yang lain. Kalimat (b)
terdiri atas dua bagian. Pertama, bagian interjeksi. Kedua, bagian yang
mengungkapkan fakta. Kedua bagian itu tidak saling bergantungan. Masing-masing
mandiri secara semantis maupun sintaksis.
Secara morfologis interjeksi tidak mampu menjadi bentuk dasar dalam pembentukan
kata.
d. Artikula
Secara semantis, artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Ada tiga
kelompok artikula, yaitu: artikula yang brsifat gelar, mengacu ke makna kelopok,
dan menominalkan.
Artikula yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang atau hal yang
dianggap bermartabat. Jenis-jenis artikula ini adalah sang, sri, hang, dan dang.
Artikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna kolektif adalah para. Karena
artikula itu mengisyaratkan ketaktunggalan makna nomina yang diiringinya tidak
dinyatakan dalam bentuk kata ulang.
Artikula yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau generik,
bergantung pada konteks kalimatnya. Artikula itu adalah si.
(4) Aduh, kasihan si miskin itu mengais makanan dari tempat sampah.
(5) Dalam masa krisis si miskinlah yang selalu menderita.
Frasa si miskin dalam kalimat (4) menyatakan makna tunggal dan dalam kalimat (5)
menyatakan makna generik, yaitu kaum miskin.
Secara sintaksis, artikula terletak didepan nomina atau kata yang dinominalkan.
Artikula tidak pernah mengiringi nomina, tetapi selalu mendahuluinya.
Secara morfologis, artikula tidak mampu menjadi bentuk dasar dalam pembentukan
kata.
e. Partikel Penegas
Secara semantis, penegas merupakan kata tugas yang menyatakan penegasan dan
pengerasan arti. Penegasan dinyatakan oleh partikel -lah, -kah, -tah, dan
pengerasan arti kata dinyatakan oleh pun.
Secara sintaksis, partikel terletak setelah kelas kata lain yang diikutinya.
Secara morfologis, pertikel tidak mampu menjadi bentuk dasar dalam pembentukan
kata.

II. NOMINA DAN VERBA SEBAGAI PENGISI SUBJEK DAN PREDIKAT
Nomina dan verba merupakan kelas kata utama yang sangat dominan dalam penggunaan bahasa. Demikian pula subjek dan predikat merupakan fungsi sintaksis utama yang dominan dalam penggunaan bahasa. Setiap kali orang berbahasa cenderung menggunakan nomina dan verba atau dalam kerangka fungsi sintaksis subjek dan predikat. Nomina berkorelasi dengan subjek dan verba berkorelasi dengan predikat. Akan tetapi, apakah pengisi fungsi subjek selalu kategori nomina? Dan pengisi fungsi predikat selalu verba?
1. Nomina dan Subjek
Dalam bahasa Indonesia, nomina merupakan kelas kata yang mempunyai beberapa ciri. Berdasarkan bentuknya, nomina berupa kata dasar atau kata berimbuhan ke-an, per-an, dan -an (Keraf, 1991:57). Ciri bentuk ini tidak bersifat mutlak artinya ada kata yang berbentuk nomina namun bukan nomina.
(1) Dia anak yang pemalas.
(2) Pemalas cenderung mencari alasan untuk tidak mengerjakan tugas.
Pemalas pada kalimat (1) berdasarkan perilaku sintaksisnya merupakan kata sifat karena menjelaskan nomina. Sedangkan pemalas pada kalimat (2) cenderung berkategori nomina karena diikuti kata kerja.
Masih ada beberapa imbuhan yang berpotensi membantuk nomina, yaitu peng-an, peng-, dan per-. Imbuhan peng-an,ke-an, dan per-an berfungsi membentuk nomina abstrak. Sedangkan imbuhan peng-, pe-, dan –an membentuk nomina konkret.
Secara sintaksis, nomina merupakan kata yang berkedudukan sebagai subjek, objek, atau pelengkap di dalam kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Nomina tidak dapat diingkari dengan kata tidak. Bentuk ingkarnya adalah bukan. Ciri terakhir, nomina dapat diikuti adjektiva baik secara langsung maupun diantarai yang (Alwi, 2000,213).
Dalam hubungannya dengan analisis sintaksis yang berupa subjek, nomina mempunyai kaitan yang erat. Sebagian ahli berpendapat bahwa pengisi fungsi subjek adalah nomina, frasa nomina atau sesuatu yang dianggap nomina (Putrayasa, 2007:64).
(3) Mereka bergembira.
(4) Rumah itu bagus.
(5) Merokok merusak kesehatan.
Kalimat (3) merupakan contoh subjek yang berupa nomina, kalimat (4) memuat subjek yang berupa frasa nominal, dan klimat (5) merupakan contoh subjek yang berupa kata yang dianggap nomina.
Di dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengisi fungsi subjek pada umumnya adalah nomina, frasa nominal, atau klausa, bahkan sering juga berupa frasa verbal (Alwi,2000:327).
(6) Harimau binatang liar.
(7) Anak itu belum makan.
(8) Karyawan yang tidak ikut upacara akan ditindak.
(9) Berjalan kaki menyehatkan badan.
Ada perbedaan sudut pandang antara Putrayasa dan Alwi dalam melihat pengisi fungsi subjek khususnya yang berupa kata yang dianggap nomina (menurut Putrayasa) atau verba (menurut Alwi). Perbedaan ini tampak dalam tabel berikut.
Putrayasa
1. Secara semantis, dianggap nomina karena menyatakan makna hal/perihal (merokok).
2. Secara sintaksis dapat diingkari dengan bukan. Bukan merokok yang merusak kesehatan, tetapi...
3. Dapat diikuti adjektiva. Merokok yang sopan tidak di sembarang tempat.
Alwi:
1. Secara semantis, disebut verba karena menyatakan makna perbuatan (berjalan kaki).
2. Secara sintaksis dapat diingkari dengan tidak. Tidak berjalan kaki yang menyehatkan badan, tetapi...
3. Secara morfologis, afiks ber- atau meng- menghasilkan verba.
Sebenarnya masih ada satu cara lagi untuk mengidentifikasi nomina atau verba, yakni dengan valensi sintaksis. Pada umumnya verba dapat bervalensi dengan akan, belum, sedang, dan telah.
(10) Akan berjalan kaki menyehatkan badan. (?)
(11) Belum berjalan kaki menyehatkan badan. (?)
(12) Sedang berjalan kaki menyehatkan badan. (?)
(13) Telah berjalan kaki menyehatkan badan. (?)
Tampaknya ciri utama verba yang berkaitan dengan kemampuannya bervalensi dengan aspek tidak dapat diterapkan pada kalimat (9). Dengan demikian ada indikasi yang lebih kuat bahwa pengisi fungsi subjek adalah nomina atau kata yang dianggap nomina.
2. Verba dan Predikat
Ciri-ciri verba dapat dikeetahui dengan mengamati perilaku semantis, perilaku sintaksis, dan bentuk morfologisnya. Verba memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan kelas kata yang lainnya.
Pertama, verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat. Contoh :
(14) Anak itu tertawa.
(15) Mereka sedang belajar di kamar.
Kata yang dicetak miring dalam kalimat di atas adalah predikat. Verba belajar merupakan inti predikat dari bentuk sedang belajar.
Kedua, verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
(16) Para siswa sedang bernyanyi bersama.
(17) Balon itu mengecil.
(18) Tanaman itu hidup lagi setelah turun hujan.
Sedang bernyanyi dalam kalimat (16) menyatakan makna aksi, mengecil (17) menyatakan proses, dan hidup (18) menyatakan keadaan.
Ketiga, verba khususnya yang menyatakan makna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti “paling". Verba seperti hidup atau suka tidak dapat diubah menjadi terhidup atau tersuka.
Keempat, pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti paling tertawa, agak bernyanyi, dan belajar sekali.
Dalam tindak berbahasa, orang lebih sering menggunakan verba sebagai predikat daripada beberapa kelas kata lainnya yang memang mampu sebagai pengisi predikat. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat yang berpola S-P, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposisional.
(19) Adik sedang tidur. (P=FV)
(20) Gadis itu cantik sekali. (P=FAdj)
(21) Ibunya seorang guru. (P=FN)
(22) Kakaknya tiga orang. (P=FNum)
(23) Paman sedang ke pasar. (P=FPrep)
Dengan demikian, verba bukanlah satu-satunya kategori kata yang mampu mengisi predikat.
Berdasarkan pengisi predikatnya, kalimat dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat verbal dan kalimat nonverbal. Kalimat verbal merupakan kalimat yang predikatnya berupa verba atau frasa verbal. Kalimat (19) adalah contoh kalimat verbal. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba atau frasa verbal seperti kalimat (20-23) (kridalaksana, 1987:244).
Putrayasa (2007:1-3) dan Keraf (1991:190) menamai kalimat berdasarkan kategori pengisi predikatnya. Kalimat yang berpredikat verba disebut kalimat verbal. Kalimat nominal atau ekuasional berpredikat nomina,dan kalimat atributif atau adjektival berpredikat adjektiva. Termasuk juga kalimat yang berpredikat numeralia disebut kalimat numeral.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

Kridalaksana, Harimurti. 1987. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis.
Jakarta: Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.

Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung:
PT Refika Aditama.

Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
KONSTRUKSI TEORI BELAJAR

A. PENDAHULUAN
Pembangunan dalam bidang pendidikan di negara kita terus ditingkatkan dari waktu kewaktu, baik kualitas maupun kuantitas. Peningkatan kualitas pendidikan yang menyangkut peningktan sarana dan prasarana termasuk di dalamnya adalah peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah bagian penting untuk mendapat perhtian, khususnya yang berkaitan dengan para pengelola pendidikan dan para pendidik itu sendiri. Kemajuan suatu bangsa dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik, upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai hal itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman yang selalu dinamis, secara berkelanjutan mengikuti siklus disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat. Berkaitan dengan peningkatan kualitas yang berhubungan dengan subyek pendidikan utamanya para pengelola dan pendidik/guru tersebut, salah satu syarat yang harus dimiliki oleh para subyek pendidikan adalah pemahaman mendalam tentang Konstruksi Teori Belajar.

B. PERMASALAHAN
Pendidikan di negara kita dirasakan belum adanya peningkatan yang pesat, bahkan terjadi kemerosotan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu analisis kebutuhan terhadap minimal tiga dimensi yaitu :
1. Nilai-nilai yang diinginkan, nilai-nilai yang ada pengguna orang tua siswa dan nilai-nilai masyarakat.
2. Ciri-ciri dan karakteristik kebutuhan siswa.
3. Ciri dan karakteristik yang diinginkan oleh Pelaksana Pendidikan.

C. PEMBAHASAN
1. Analisis Kebutuhan Teori Belajar.
a. Intelegensi (kecerdasan) Verbal Linguistie
b. Intelegensi logis matematis
c. Intelegensi kinestetik
d. Intelegensi visual special
e. Integensi musik
f. Integensi interpersonal
g. Integensi intra personal
h. Pengembangan kurikulum multiple intelegensi
i. Penilaian yang meningkatkan hasil pembelajaran
( Metode Praktis Pembelajaran; Linda Campbell dkk. 2004 )
2. Pemantapan Makna Istilah Teori, Hipotesis, Model, Konstruk, Hukum dan Prinsip.
a. Makna Istilah Hipotesis
Setelah peneliti mengadakan penelaahan secara mendalam terhadap berbagai sumber untuk menemukan anggapan dasar maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Agar dapat lebih mudah dipahami pengertian ini perlu dikutipkan pendapat Prof. Drs. Hadi Sutrisno, MA. Tentang pemecahan masalah sering kali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan.
Jawaban atas permasalahan ini dibedakan ada 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya :
- Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoritik dicapai melalui membaca.
- Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktek dicapai setelah penelitian selesai, yaitu dengan pengolahan terhadap data.
Sehubungan dengan pembahasan pengertian diatas maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Dari arti katanya Hipotesis berasal dsari penggalan kata “hipo” yang artinya dibawah, “thesa” yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Apabila seorang peneliti telah mendalami penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggaran dasar, lalu membuat teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji (dibawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti harus berfikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini. Peneliti mengumpulkan data-data yang terkumpul akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi “teas” atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa ia tidak boleh mempunyai keinginan kuat agar hipotesanya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa membantu memenuhi keinginannya atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah keterbuktian hipotesis. Peneliti harus bersifat obyektif terhadap data yang terkumpul. (Prosedur Penelitian; Suharsimi Arikunto, 2002).
b. Makna Istilah Model
Secara khusus istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan, dalam pengertian lain “model” juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang asli/sesungguhnya, seperti “globe” model dari bumi tempat tinggal kita hidup, dalam uraian selanjutnya model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut maka yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Dengan demikian aktifitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematik.
Dalam rangka pemanfaatan model yang telah ada Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986) telah menyajikan berfungsi model belajar mengajar yang telah dikembangkan dan ditest keberlakuan oleh para pakar kependidikan. Walaupun judul buku yang memuat tentang model-model tersebut adalah “Models of teaching” akan tetapi isinya secara mendasar bukan semata-mata menyangkut kegiatan guru mengajar, akan tetapi justru lebih menitik beratkan pada akktivitas murid. Sebagaimana ditegaskan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986), hakekat mengajar atau “teaching” adalah membantu para pelajar memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berfikir sarana untyuk mengekspresikan dirinya, dan cara belajar bagaimana belajar. Dalam kenyataan sesungguhnya hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses belajar mengajar ialah “……….. the student’s inereased capabilities to learn more casily and effectively in the future.
Kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif dimasa yang akan datang (Bruce Joyce & Marsha Weil, 1986:1) karena proses belajar mengajar tidak hanya memiliki makna deskriptif dan kekinian, akan tetapi juga bermakna prospektif dan berorientasi masa depan (Teori Belajar dan Model model Pembelajaran ; Toeti Soekamto, dkk.1997).
c. Makna Istilah Konstruk
Istilah kostruk dalam pendidikan dan pembelajaran dapat dimaknai sebagai kerangka acuan pembelajaran agar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan yang mengacu pada aturan perundang-undangan yang berlaku, mulai dari kurikulum pendidikan sampai pada tingkat rencana pembelajaran dan evaluasi.
d. Makna Istilah Hukum
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat bahwa Pemerintah Republik Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, selain melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Maka istilah hukum dalam pendidikan merupakan landasan atau dasar sekaligus sebagai payung untuk pelaksanaan pendidikan, sebagaimana batang tubuh UUD 1945, pasal 31 ayat (1) disebutkan bahwa warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, sedangkan pada ayat (2) dinyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.
e. Makna Istilah Prinsip.
Banyak teori dan prinsip prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan, dari berbagai prinsip belajar tersebut, terdapat beberapa prinsip yang relative berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman pengulangan tantangan balikan dan penguatan serta perbedaan individual. (Belajar dan Pembelajaran; Dimyati dkk, Rinika Cipta 2002).
3. Konstruksi dan Teori Belajar.
a. Dalam merancang pembelajaran selalu mendasrakan pada aturan seperti UUD 1945 dan aturan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional merupakan peraturan induk dari peraturan perundang undangan pendidikan yang mengatur pendidikan pada umumnya, artinya segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi ditentukan dengan undang undang.
b. O’Connor; mendifinisikan kata “teori” sebagaimana digunakan dalam konteks pendidikan secara umum adalah sebuah tema yang apik, teori yang dimaksudkan hanya dianggap abash manakala kita tetapkan hasil hasil eksperimental yang dibangun dengan baik dalam bidang psikologi atau sosiologi hingga sampai kepada praktek kependidikan.
4. Fungsi Teori Belajar.
a. Teori Belajar Klasik/Tradisional
1) Teori ganjaran/hukuman
2) Perubahan fakta
3) Hasil belajar permanent
4) Rangsangan dari luar
5) Teori transfer otomatis
6) Teori kerja keras
b. Teori Modern
1) Teori Asosiasi
2) Teori Kognisi
3) Teori Mengkondisi.

D. PENUTUP
Setelah mengkaji masalah dalam pembasahan Konstruksi Teori Belajar dapat ditarik kesimpulan :
1. Pendidikan adalah proses yang bertumpu kepada tujuan. Pendidikan yang dimaksudkan biasanya memprakarsai produk atas orang-orang yang mewariskan pola pola tingkah laku tertentu, berdasarkan konstruksi teori belajar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Setiap situasi pendidikan, oleh karenanya harus disesuaikan dengan penjabaran tujuan tujuan khusus, informasi yang relevan berkenaan dengan pengalaman pengalaman yang digambarkan sebagai materi pendidikan, serta metode metode pembelajaran yang baik sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
2. Pendidikan di negara Indonesia pada umumnya belum mendasarkan kepada analisis kebutuhan nilai nilai yang ada pada pengguna orang tua siswa, nilai nilai masyarakar, ciri dan karakteristik yang diinginkan oleh pelaksana pendidikan.
Analisis yang mendalam dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan sangat diperlukan, maka dalam segala aspek harus mendasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, kepedulian para ahli dalam bidang pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Linda Campbell, dkk 2004; Metode Praktis Pembelajaran
2. Toeti Soekamto, dkk 1997; Teori Belajar dan Motode-metode Pembelajaran
3. Suharsimi Arikunto, 2002; Prosedur Penelitian
4. Dimjati dkk, Rinika Cipta 2002; Belajar dan Pembelajaran
KLITIK DAN MORFEM DASAR TERIKAT

KLITIK

Klitik adalah morfem terikat yang memiliki makna leksikal. Klitik bisa melekat depan kata pangkalnya, disebut proklitik. Klitik juga bisa melekat belakang kata pangkalnya, disebut enklitik.

Contoh Proklitik (Klitik dan Kata Turunan)
swa- = swalayan
ekstra- = ekstraketat
maha- = mahaadil
ku- = kuambil
kau- = kauambil
anti- = antikekerasan
dwi- = dwitunggal
tri- = tridarma
catur- = caturwarga
panca- = pancausaha (tani)
dasa- = dasadarma
nir- = nirlaba
a- = amoral
ab- = abnormal
antar- = antardesa
bi- = bikarbonat
nara- = narasumber
infra- = inframerah
multi- = multiguna
purna- = purnatugas
pra- = prasejarah
semi- = semiprofesional
non- = nonkolaborasi

Contoh Enklitik (Klitik dan Kata Turunan)
-ku = bukuku
-mu = sikapmu
-nya = katanya
-isme = monoisme

MORFEM DASAR TERIKAT

Morfem dasar terikat adalah morfem yang memilki makna leksikal, tetapi secara gramatikal tidak mampu berdiri sendiri, selalu melekat dengan morfem lain, baik morfem afiks maupun klitik.

Contoh Morfem Terikat (Morfem Dasar Terikat dan Kata Turunannya)
sandar = bersandar, sandaran, disandarkan
perhati = perhatian, diperhatikan, memperhatikan
kendara = dikendarai, mengendarai, kendaraan
juang = perjuangan, diperjuangkan
lantar = terlantar, lantaran
cantum = mencantumkan, dicantumkan
guna = berguna, digunakan, menggunakan
hubung = hubungan, berhubungan, sehubungan
tutur = tuturan, penutur, menuturkan
layan = layanan, pelayanan, dilayani
langgan = langganan, berlangganan, pelanggan
landas = landasan, berlandaskan, melandasi
jabar = menjabarkan, dijabarkan, jabaran
tunjang = tunjangan, menunjang, ditunjang
kandung = kandungan, mengandung, terkandung
tuju = tujuan, tertuju, bertujuan
temu = menemukan, bertemu, ditemukan
alir = mengalir, mengalirkan, dialirkan
baur = membaur, berbaur
inap = menginap, penginapan
anjak = beranjak
dekam = mendekam
bincang = memperbincangkan, perbincangan
elak = mengelak, dielakkan, terelakkan
anjur = menganjurkan, anjuran, dianjurkan
acu = mengacu, acuan, beracuan
aju = mengajukan, ajuan, diajukan
baring = membaringkan, dibaringkan, berbaring
ANALISIS UNSUR LAHIR PUISI
“DI BAWAH KAKI KEBESARAN-MU” KARYA AOH KARTAHADIMADJA

A. Dasar Analisis
Puisi dalam pengertian lama adalah karangan yang terikat oleh syarat-syarat puisi, seperti korespondensi dan periode (Sugiarta, 1984 : 117). Korespondensi adalah kesepadanan atau perilangan bunyi, irama, atau rima. Periode adalah kumpulan kalimat yang memiliki hubungan batin yang erat, baik eksplisit maupun implisit. Kalimat-kalimat tersebut bisa lepas satu sama lain, tetapi masih membentuk kesatuan dalam melukiskan suasana.
Puisi memiliki unsur lahir dan unsur batin. Unsur lahir puisi seperti rima, majas, tipografi, dan nada. Unsur batin puisi seperti tema, amanat, dan nilai-nilai. Baik unsur lahir, maupun unsur batin akan membangun keutuhan sebuah puisi.
Pada kesempatan ini analisis puisi ditekankan pada penggunaan majas dalam puisi “Di Bawah Kaki Kebesaran-Mu” karya Aoh Kartahadimadja. Majas yang dimaksud adalah metafora. Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat (Keraf, 1987 : 139)

B. Analisis Puisi
1. Teks Puisi
DI BAWAH KAKI KEBESARAN-MU
Karya : Aoh Kartahadimadja
I
Aku lenyap dalam “tiada”
Hanya engkau jua memenuhi ruangan yang tak berufuk
Gerakan yang ada padaku, suara yang keluar dari
rahangku hanya mengenangkan kebesaran-Mu jua, ya
Maha Pencipta
II
Aku sujud di bawah duli kaki-Mu
Rasa yang masih ada padaku bangga akan diri
yang hina ini, Tuhanku, hanyutkan segera
bersama lumpur yang lekat padaku!

Aku rangkaikan kata, aku susun seindah dapat
hanya untuk Engkau semata
Nama-Mu hanya tercapak di Langit-Indah tempat
insan menadahkan harap akan rakhmat yang tak
terbatas.
III
Memercik air mengintan permata, girang agaknya
dipakai bersuci
Berdandan sowka rambut gerangan hinggap
tak terseka
V
Sebagai itu, ya Tuhanku, cahaya-Mu dahulu
menyingsing teram-temaram.
Kasih-Mu jua langit gelap berangsur terang.
Kini alam dicelup cahaya; daun-daunan
melambai perak dalam ayunan hembusan sorga
VI
Intan petaruh-Mu akan kujaga baik-baik, ya Rabbi.
Debu yang hinggap dalam kelalaianku akan kugosok
seberapa dapat, sehingga indah cemerlang kukembalikan
di tangan-Mu kelak.
VII
Kalau yang kulihat indah sudah, betapa besar hasrat
melihat negeri orang yang katanya lebih indah dari
negeriku
Ya, Rabbi, bukan kepalang hsratku demi kudengar
kata-Mu tempat Engkau menyambut tentara-Mu ialah
yang terindah dalam seluruh ciptaan-Mu!
VIII
Licin, gelap, menurun dan mendaki jalan menuju
Engkau.
Akh, mengapa sesusah itu jalan ke tempat Engkau
bertakhta, ya Tuhan segala?
Di manakah Engkau sebentar dekat, sebentar jauh?
Aku rindu ..... Tuhanku. Sinarkanlah pula
cahaya-MU kini!
IX
Layang kencana kudapat di malam sepi.
Betapa sayang Engkau, Tuhanku, idaman lama ’lah
kucari, kini terkembang nyata.
Akan kuukir pualam untuk hiasan Ibu menghadap
Dikau!
X
Kelam udaraku keliling; langit harapan melengkung
hitam.
Hati pedih teriris-iris.
Kuserukan Engkau “Maha Pengampun”.
Tak adalah sungguh Engkau memanggil aku membela
benteng budi, anugerah yang Engkau limpahkan
kepada insani?
XI
Hariku yang ada masih, o, Gantungan segala makhluk,
biarlah suci mengenagkan Dikau senantiasa.
Dari mataku akan terpancar mata air tauhid.
Nafasku kan meng hembuskan ucapan syukur.
Tentram damai di dalam biarpu taufan di luar
hebat dahsyat.
XII
Kalau hendak aku turutkan suara hati aku pun ingin
mengawang ke langit-bintang.
Tetapi taman-Mu kulihat penuh semak belukar. Tak
sampai hatiku, ya Khalik, meninggalkan tanaman
yang Engkau petaruhkan kepada ibuku.
Biarlah aku menjadi tukang kebun-Mu selama-lama .....
Kini siapa yang akan duduk di sampingku
tak menjadi soal lagi.
Hati retak sudah terpulih, darah menetes
sudah kering pula.
Aku sujud di bawah kaki-Mu. Tuhan, dan segala
duka hilang lenyap disapu hembusan-Mu.


2. Analisis Metaforis Puisi
Jika puisi di atas dianalisis berdasarkan penggunakan majas metafora, maka akan didapatkan beberapa kata atau frasa yang menggunakan majas metafora tersebut. Berikut ini beberapa kata atau frasa yang menggunakan majas metafora, yaitu:
a. Ruangan pada baris /Hanya Engkau memenuhi ruangan yang tak berufuk/ tentu maksudnya bukan ruangan dalam arti sebenarnya, Ruangan dalam baris tersebut untuk membandingkan kekuasaan dan tak berufuk maksudnya tak ada batasnya. Engkau, Tuhan, memiliki kekuasaan yang tidak ada batasnya.
b. Baris /Aku sujud di bawah duli kaki-Mu/ juga memiliki metaforis. Kata kaki dalam baris tersebut digunakan untuk membandingkan tempat berpijak. Manusia sebagai makhluk yang ”rendah” di hadapan Tuhan selalu sujud, patuh, dan tunduk kepadan-Nya.
c. Kata lumpur pada baris /bersama lumpur yang lekat padaku/ adalah metafora dosa yang selalu ada pada manusia. Manusia hanya bisa memohon ampun kepada Tuhan untuk menghapus dosa, hanyut segera bersama lumpur yang lekat padaku.
d. Baris /Memercik air mengintan permata/ sebagai metafora wudu adalah sesuatu yang bisa membuat sedap jika dipandang. Berwudu adalah salah satu bersuci. Suci artinya bersih. Sesuatu yang bersih itu sedap dipandang mata.
e. Kata cahaya-Mu dalam baris /..., cahaya-Mu dahulu menyingsing .../ membanding kan petunjuk hidup. Cahaya menerangi orang yang beraktivitas di bumi. Cahaya-Mu adalah petunjuk hidup manusia agar kelak tidak tersesat.
f. Debu adalah metafora dosa kecil. /Debu yang hinggap dalam kekalalianku akan kugosok .../. akan kugosok maksudnya adalah mohon ampunan pada Tuhan.
g. /Licin, gelap, menurun dan mendaki jalan menuju Engkau/ adalah metaforis perjalanan hidup yang penuh cobaan dan rintangan.
h. Baris /benteng budi, anegerah yang Engkau limpahkan kepada insani?/ memiliki metafora pada frase benteng budi. Benteng budi maksudnya adalah pertahanan, berupa iman, dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik. Sehingga manusia selalu berbuat kebaikan.

C. Penutup
Analisis puisi ini adalah analisis sederhana. Oleh karena itu, analisis puisi ini masih banyak kekurangan. Selain itu, pengetahuan penulis yang masih kurang juga sebagai pengaruh pada kekurangan analisis puisi ini. Penulis berharap pembaca bersedia memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan analisis puisi.

D. Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. 1987. Diksi dan Gaya Bahasa, Komposisi Lanjut I. Jakarta : Gramedia
Natawidjaja, S. Suparman. 1980. Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarta : PT Intermasa

Soegiarta. 1984. Glosaria, Istilah Bahasa dan Sastra. Solo : Intan
SYAIR ABUNAWAS

Ya Tuhanku, tidak pantas bagiku menjadi penghuni surga-Mu
Namun, aku tidak kuat dengan panasnya api neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar
Dosaku seperti jumlah pasir
Maka terimalah pengakuan taubatku Wahai Pemilik Keagungan
Dan umurku berkurang setiap hari
Dan dosaku bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu
Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu
Seandainya Engkau mengampuni
Memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku
Kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain hanya kepada-MU

Syair Abu Nawas
AL-I'TIROOF

Minggu, 07 Maret 2010

NASIHAT BERHARGA

hadiah terbesar yang diberikan oleh kehidupan adalah kesempatan untuk bekerja keras dalam pekerjaan yang layak dilakukan (Theodore Roosevelt)

kekuatiran tidak akan menghapus kesedihan di esok hari, namun hanya menghilangkan kekuatan hari ini (C.H.Spurgeon)

belajar ibarat mengayuh melawan arus:tidak bergerak maju berarti akan bergerak mundur (Chinese Proverb) karena hidup itu seperti sebuah sepeda agar tetap seimbang kita harus terus bergerak (Albert Einstein)

Ujian bagi orang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah itu terjadi (David J.Schwartz)

kerendahan hati menuntun pada kekuatan bukan kelemahan, mengakui kesalahan dan melakukan perubahan atas kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan pada diri sendiri (John Mccloy)

sukses tidak diukur dari posisi yang dicapai seseorang dalam hidup, tapi dari kesulitan-kesulitan yang berhasil diatasi ketika berusaha meraih sukses (Booker T Washington)

alasan mengapa kekuatiran membunuh lebih banyak orang dibanding dengan kecelakaan kerja, adalah karena lebih banyak orang yang penuh kekuatiran daripada bekerja (Robert Frost)

Kata-kata yang baik memiliki daya kreatif, kekuatan yang membangun hal-hal mulia dan energi yang menyiramkan berkat-berkat kepada dunia (Lawrence G Lovasik)

tidak ada masa depan yang gemilang bagi mereka yang telah kehilangan pengharapan dan imannya (Samuel Rutherford)

karakter seperti berlian yang mampu menggores semua bebatuan lainnya (Cyrus A Bartol)
Aplikasi Pengajaran dan Pembelajaran
untuk Pemahaman
(David N Perkins Chris Unger)

Tujuan utama dari teori ini adalah penanaman pemahaman sebagai kemampuan pencapaian. Oleh karena itu, hal ini dimaksudkan hanya untuk situasi di mana pemahaman adalah menjadi perhatian pusat. Teori ini dapat diaplikasikan pada mata pelajaran bahasa Indonesia untuk SMP kelas VII. Kompetensi dasar yang sesuai misalnya membaca biografi tokoh yang akan diajarkan di semester 2.

Nilai-nilai yang didasarkan dari teori ini meliputi:
• menjadi mampu untuk menyebarkan pengetahuan dengan pemahaman
• topik belajar adalah pusat disiplin atau daerah
• motivasi (" keterlibatan,komitmen, dan tanggapan emosional")
• penggunaan aktif dan perpindahan (transfer) pengetahuan
• ingatan pengetahuan
• Pengaturan, pendekatan sistematis yang pengajaran yang membangun
• jarak yang lebar dan fleksibel tentang gaya bersifat pendidikan, termasuk mengarahkan instruksi
• siswa yang menyediakan umpan balik untuk satu sama lain

Metode. Inilah metode utama yang ditawarkan teori ini:
1) Pilih topik umum untuk pelajaran (guru dan siswa). Mereka seharusnya:
• berpusat pada satu bidang
Dengan cara, guru bersama siswa memilih satu topik umum, khususnya yang sedang menjadi pembicaraan hangat. Topik yang tepat untuk dijadikan pembahasan tentang biografi seorang tokoh, sebaiknya tokoh yang telah dikenal oleh guru maupun siswa.
• menarik dan dapat diakses oleh para siswa
Tokoh yang dipilih haruslah menarik, dan untuk mendapatkan informasi tentang tokoh tersebut, dapat dicari/diakses siswa dengan mudah.
Misalnya: tokoh yang akhir-akhir ini menjadi sorotan seluruh masyarakat dunia, yaitu ‘Barrac Obama’. Bagi siswa yang seslu mengikuti perkembangan berita, akan menjadi topik menarik yang mereka kuasai, sedangkan bagi siswa yang sebelumnya tidak tahu tentang profil Barrac Obama, akan menjadi penasaran dan tertarik untuk mempelajarinya. Dengan mudah siswa dapat mengaksesnya melalui berbagai media. Bisa lewat koran, internet, mapun buku-buku biografi ”Barrac Obama” yang akhir-akhir ini menajdi best seller di toko buku.
• tertarik kepada guru
Guru harus dapat menjadi motivator yang dapat mengundang rasa penasaran dan ketertarikan siswa pada pembelajaran yang sedang dilakukan. Diantaranya memberi umpan pertanyaan-pertanyaan. Misalnya: Kabarnya, Barrac Obama Sang Calon Presiden Amerika, dulu pernah menghabiskan masa kecilnya di Indonesia, benarkah itu anak-anak? Kalian akan menemukan jawabannya pada buku biografi ini yang berjudul Menelusuri Jejak Barrac Obama
• bisa menghubungkan ke tema berbeda
Selain mengetahui latar belakang kehidupan tokoh tersebut, kita juga dapat mengajarkan kepada para siswa untukmengangkat tema yang berbeda. Misalnya: kerja keras dalam meraih kesuksesn, hal-hal yang patut diteladani dari tokoh tersebut, dsb
• secara khusus tema tersebut dapat memperkaya pengetahuan siswa dan mempertegas karakter
Maksudnya adalah dengan mengetahui biografi tokoh ini, siswa menjadi bertambah terutama dengan hal-hal yang aktual. Serta karakter siswa sedikit banyak dapat terbentuk, yaitu siswa dapat meneladani dan meniru tindakan dan perilaku positif dari tokoh tersebut. Misalnya, Barrac Obama tertarik membaca berbagai macam buku sejak ia masih kecil.

2) Menyatakan tujuan pemahaman (guru dan siswa). Mereka seharusnya:
• Jelas dan Umum
Siswa tahu tujuan pemahaman untuk materi ini. Tujuan telah secara jelas dan umum ditunjukkan pada awal pembelajaran. Bahwa dengan membaca buku biografi, siswa dapat mengetahui tokoh ternama di dunia, dapat menyebutkannkisah menarik dalam hidup tokoh tersebut, serta dapat menyebutkan hal-hal yang patut diteladani.
• Tersirat
Memberikan bentuk spesifik pada sub topiknya. Sebagai contoh: Bagaimana Barrac Obama bisa bersekolah di Indonesia? Apa yang membuatnya tinggal di sini?
• Terpusat pada disiplin ilmu
Melanjutkan topik umum, tujuan pemahaman harus terpusat pada target pembelajaran. Siswa diharapkan dapat mengapresiasi tak hanya pada tokoh di bidang seni yang telah banyak mereka kenal, tetapi tertarik juga mengenal tokoh politik.

3) Libatkan dalam pencapaian pemahaman (para siswa).
Siswa dapat bekerja secara kelompok atau individu, kemudian guru menjadi pemandunya sehingga secara sistematis dapat mempercepat pencapaian tujuan pemahaman. Kemudian guru membuat suatu kelompok-kelompok kecil, membagi bahan diskusi tentang subtopik, siswa menyajikan hasil diskusi mereka dan saling bertukar informasi tentang subtopik yang telah mereka kuasai.
Sesuai dengan tujuan pemahaman dan topik umum, pencapaian pemahaman mempunyai panuan tentang apa yang mereka pilih, yaitu
• Hubungkan secara langsung dengan tujuan pemahaman
• Kembangkan dan pahami melalui praktek
• Libatkan berbagai gaya mengajar dan bentuk ekspresi siswa
• Kembangkan pemakaian pemikiran yang menantang
• Menunjukkan pemahaman di muka umum

4) Menyediakan penilaian berkelanjutan (guru).
Penilaian secara berkala membuat guru harus menyusun umpan balik yang bersifat informatif sejak awal proses pembelajaran, memperbaiki kesalahpahaman dan meningkatkan hasilnya. Tidak sekedar memberi nilai X atau A atau B atau , tanpa ada indikasi yang jelas dan apa-apa saja yang bisa dilakukan untuk menunjukkan revisi.
Penilaian berkala bisa terjadi secara langsung, dengan menerima umpan balik dari satu siswa ke siswa lainnya
Penilaian berkala dapat juga terjadi secara tidak langsung di alur pembelajaran. Siswa berdiskusi tentang suatu subtopik, kemudian mendengarkan pendapat teman lainnya dan siswa dapat menerima umpan balik secara implisit.
Merencanakan siapa yang memberikan umpan balik, apa umpan balik tersEbut, dan kapan meyakinkan bahwa ada waktu untuk umpan balik itu sendiri, serta kelanjutan proses berpikir merupakan tantangan yang jelas dalam kelas TfU.

Selasa, 02 Maret 2010

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ITI
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT DINAS


1. Latar Belakang

Integrated thematic Instruction (ITI) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Susan J. Kavolik dan Jane R. McGeehan yang diaplikasikan dalam mata pelajaran Biologi. ITI merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan hasil penelitian mengenai perkembangan otak manusia. Oleh karena itu, pembelajaran ini terfokus pada pengembangan nilai-nilai yang mengarah pada pengembangan kemampuan berpikir dan berolah rasa yang mereka sebut “bodybrain basics”. Di dalam “bodybrain basics” terdapat enam konsep nilai yang utama.

a. Emosi adalah pintu gerbang pembelajaran dan performansi

Sylwester (1995) mengungkapkan situasi secara jelas dalam bukunya ini A Celebration of Neurons, “Kita tahu bahwa emosi sangat penting pada proses pendidikan karena emosi tersebut menggerakkan perhatian, yang mengarah pada pembelajaran dan memori. Sensori data masuk ke otak dari sel melalui badan yang dimunculkan oleh struktur otak dirancang untuk mendeteksi bahaya imminent. Le Doux (1996) menjelaskan bahwa pelayanan yang memungkinkan pada keselamatan atau kelangsungan dideteksi secara tak sadar. Otak dipicu oleh amygdala, sebuah struktur di dalam sistem otak. Sylwester menganjurkan bahwa kita mempertimbangkan sistem amygdala otak kita.

b. Kecerdasan adalah berfungsinya pengalaman

Salah satu pengumuman yang paling mengejutkan dari penelitian pembelajaran biologi adalah bahwa alam dan pemeliharaan merupakan patner yang tak terpisahkan. Sebuah kelahiran baru tiba dengan neural dasar untuk mengatasi gerak reflek seperti menghisap. Chugani dan peneliti lainnya menggunakan prosedur dan teknologi baru yang sudah tersedia, seperti dilaporkan oleh Begley (1997) untuk mendemonstrasikan bahwa pengalaman di dunia setelah kelahiran, otak dipersiapkan untuk tugas-tugas kehidupan. Penemuan yang menarik perhatian diterapkan pada anak yang berumur 3 tahun untuk belajar hal-hal yang baru dalam kehidupan. Pada usia berapa saja pada saat pengalaman dikonfrontasikan, otak mulai proses perekrutan neuron dan tumbuh dendrites, untuk berkomunikasi antara neuron-neuron di tempat yang berbeda pada otak tersebut.
Dirangsang oleh lingkungan, hubungan antara neuron meningkat seperti dijelaskan oleh Diamond (1998). Otak menjadi lebih padat dan lebih berat. Pertumbuhan ini memungkinkan pelajar untuk menghubungkan ide untuk memiliki pemahaman yang baik (penuh) menjadi lebih pandai. Perkins (1995) menyarankan kita akan menyaksikan sebuah revolusi pemahaman kita pada kecerdasan intelegensi, dan revolusi ini memiliki karakter yang bisa disimpan kembali. Perkins mengatakan bahwa kita tidak dibatasi oleh genetik keturunan. Sebaliknya, kecerdasan adalah sesuatu yang dapat dibajak, dioleh, dan diperoleh. Orang dapat belajar untuk berpikir dan bertindak secara lebih cerdas.

c. Manusia dalam seluruh kebudayaannya menggunakan intelegensi untuk menyelesaikan permasalahan dan menciptakan produk.

Manusia mempergunakan kecerdasannya untuk menyelesaikan masalah menghasilkan produk. Gardner’s (1983) melalui teori multipel intelegensi mendefinisikan intelegensi manusia sebagai seperangkat keterampilan untuk memecahkan masalah, memungkinkan individu untuk memecahkan masalah atau kesulitan yang dia temukan, jika tepat, menciptakan produk yang efektif, dan juga harus secara potensial menemukan atau menciptakan masalah. Di sana terbentang latar belakang untuk memperoleh pengetahuan baru.
Dia mengidentifikasi 8 intelegensi, yaitu: kebahasaan, musik, matematika logika, tempat, kinestetik, naturalis, intrapersonal, dan interpersonal (hubungan antar sesama).

d. Penelitian otak adalah penelitian untuk pola-pola yang bermakna.

Otak manusia merupakan serangkaian sistem syarat yang berstruktur. Kemampuannya yang luar biasa dapat menghubung-hubungkan berbagai ide yang tak terbatas, dan kemampuan itu akan terus meningkat dengan pola-pola pelatihan yang bermakna.

e. Pembelajaran adalah pemerolehan program mental yang berguna

Hart (1983) mendeskripsikan pembelajaran sebagai proses dua bagian yang melibatkan keturunan dan latihan yang bermakna dan pemerolehan program-program mental. Untuk mengenali pelatihan seseorang harus bisa mendeteksi atributnya, karakteristik yang membedakan satu objek atau tindakan dari yang lainnya. Apa perbedaan lari dan berjalan? Bagaimana saudara mengetahuinya? Setiap kata kerja dan kata benda dalam bahasa Inggris menyajikan pola

f. Kepribadian (karakter dasar seseorang)

Perbedaan kepribadian memiliki pengaruh pada pembelajaran. Keirsey dan Bates (1984) mendeskripsikan kerangka yang berguna untuk mencari pengaruh pilihan-pilihan kepribadian. Diungkapkan oleh Jung, Kiersey, dan Bates mengidentifikasi empat tipe orientasi yang luas terhadap informasi baru dari orang lain, beberapa yang lebih cocok daripada lainnya untuk perlengkapan sekolah tradisional. Empat tipe tersebut dipaparkan sebagai empat karakter seperti ditunjukkan dalam Fig. Manusia bisa belajar tingkah laku, tetapi mempunyai pilihan-pilihan yang kuat ketika mereka mendapatkan situasi baru atau ketika menemukan informasi pembelajaran baru.
Berdasarkan ciri-ciri utama ITI di atas, kiranya model pembelajaran yang dikembangkan oleh Susan J. Kavolik dan Jane R. McGeehan dapat diaplikasikan ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis surat dinas.

2. Pembelajaran Menulis Surat Dinas

Ada beberapa model “ITI Classroom”. Salah satu model kelas Pembelajaran Tematik Terpadu yang relevan untuk pembelajaran menulis surat dinas adalah kelas ITI dengan urutan pembelajaran “ada di sana, konsep, bahasa, dan penerapan nyata”.

a. Ada di Sana

Pada tahap ini guru mengajak peserta didik ke suatu tempat yang dapat memperkaya pengalaman siswa mengenai penulisan surat dinas. Siswa perlu diberi pengalaman-pengalaman yang bermakna karena pengalaman yang seperti itu sangat berfungsi untuk meningkatkan kecerdasan mereka.
Tempat yang relevan untuk memperkaya pengalaman menulis surat dinas adalah perkantoran khususnya ruang administrasi atau tata usaha. Di ruang itu siswa dapat mengamati dan menggali informasi tentang ihwal penulisan surat dinas.

b. Konsep

Di tempat yang memungkinkan siswa menggali informasi yang sejelas-jelasnya, seperti ruang tata usaha, siswa dapat membentuk dan mengembangkan konsep tentang topik yang dipelajari, yakni menulis surat dinas. Siswa dapat melihat berbagai jenis surat dinas, dapat mengamati ciri-cirinya, penulisan nomor suratnya, dan unsure yang lainnya.
Di tempat itu pula siswa dapat memanfaatkan kepala tata usaha atau karyawan kantor itu sebagai nara sumber yang dapat memberikan penjelasan mengenai berbagai informasi yang diperlukan siswa tentang penulisan surat dinas.
Dengan demikian, siswa mempunyai bahan untuk sharing dengan teman terutama dengan gurunya mengenai surat dinas. Akibatnya, siswa akan mempunyai konsep yang mantap karena diperoleh atau dibangun dengan berbagai cara dan sumber.

c. Bahasa

Di tempat mereka yang baru siswa berinteraksi dengan para karyawan kantor. Di sana peserta didik belajar bersosialisasi. Ada beberapa nilai yang dapat dikembangkan dalam peristiwa itu, di antaranya kesantunan berbahasa dan bersikap, menghargai orang lain, membandingkan apa yang dipelajari di sekolah dengan yang dilakukan dengan orang dewasa dalam pekerjaan mereka (menumbuhkan apresiasi terhadap profesi), dan bekerja sama.
Semua aktivitas siswa tidak lepas dari praktik berbahasa, baik sekadar untuk berkomunikasi maupun untuk menggali ilmu pengetahuan.

d. Penerapan Nyata

Pengalaman yang sangat berharga dalam model Integrated Thematic Instruction (ITI) ini adalah terlibatnya siswa dalam pengalaman yang nyata untuk menerapkan konsep yang diperoleh dalam aktivitas yang sebenarnya.
Di sana siswa dapat Praktik Kerja Lapangan. Mereka dapat dilibatkan untuk benar-benar bekerja (praktik) membantu para karyawan untuk membuat surat dinas, dan dilibatkan pula dalam proses pengurusan legalisasi surat, serta pengarsipannya.
Melalui penerapan dalam dunia (lingkungan) yang sebenarnya seperti itu, siswa merasa percaya diri bahwa mereka mampu berbuat seperti apa yang dilakukan orang dewasa. Tertanamnya sikap mental yang seperti itu merupakan modal yang sangat berguna bagi para siswa untuk terus belajar mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Surat dinas yang dihasilkan (produk) merupakan pengalaman yang sangat berkesan dan merupakan wujud pelatihan menyelesaikan masalah yang merupakan manifestasi pengembangan kecerdasan siswa.

3. Penutup

ITI merupakan model pembelajaran mata pelajaran Biologi yang dikembangkan oleh Susan J. Kavolik dan Jane R. MacGeehan yang dapat diaplikasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis surat dinas. Langkah-langkah pembelajaran surat dinas berdasarkan pembelajaran model ITI terdiri atas empat tahap. Pertama, ada di sana, yakni menempatkan siswa di lokasi yang mampu memberinya pengalaman yang berarti. Kedua, konsep, merupakan tahap pembentukan dan pengembangan konsep tentang topik yang dipelajari. Ketiga, bahasa, merupakan penggunaaan bahasa dengan memperhatikan segala konteksnya. Keempat, penerapan nyata, adalah praktik kerja nyata yang dilakukan siswa di tempat belajarnya yang baru.
TEORI RENCANA PEMBELAJARAN LANDAMATIKS DAN METODOLOGI UNTUK MENGAJAR METODE UMUM BERPIKIR

Landamatiks bukan teori pembelajaran dan pengajaran bagaimana mengajarkan sebuah atau beberapa topik khusus, konsep, atau keterampilan. Landamatik juga bukan rencana pelajaran yang efektif. Lebih tepat, Landamatik adalah metode umum (atau metodologi) sebuah bentuk pendekatan yang memberikan petunjuk secara efektif di dalam petunjuk perencanaan pembelajaran, apakah tugas mengajar pengetahuan suatu gejala yang nyata, atau analisis visual (pengamatan) sebuah objek yang nyata, atau strategi berfikir, atau yang lainnya.
Secara tepat bab ini berisi rumusan atau gambaran yang memberi contoh metode Landamatik pada pengajaran metode umum berfikir. Untuk mencapai tantangan pembelajaran akan dijelaskannya, apa mengajar dan bagaimana mengajar adalah hal yang pokok dalam Landamatik.
Untuk menjelaskan maksud, kami memilih bab ini sebagai metode yang luar biasa untuk berpikir, sebuah metode yang mengidentifikasi objek yang memiliki kelas atau tidak di dalam konsep dasar untuk mendefinisikannya. Di dalam bab berikutnya dijelaskan cara (metode) yang akan memberikan gambaran kesimpulan tentang objek pelengkap dan hubungannya dengan objek lain. Karena proses mengidentifikasi hanya digunakan untuk untuk mengajar beberpa cara yang menerpakan pengetahuan, kami akan selalu menggunakan sebuah batasan yang luas, ”sebuah metode untuk menerapkan pengetahuan”.

Pengajaran Umum Proses Kognitif sebagai Satu tujuan yang Sangat Penting dalam Pendidikan

Pada jaman sekarang perubahan pengetahuan sangat cepat. Apa yang kita pelajari saat ini mungkin sudah ketinggalan jaman. Tetapi, apakah proses pemerolehan dan penerapan pengetahuan bertambah baik atau tidak? Atau lebih jelas, apakan mereka mengubah dengan cepat pengetahaun yang membuat cara mendapatkannya dengan kemanusiaan? Jawabnya, tidak.
Beberapa ahli dalam bidang ilmu pengetahuan dan praktisi mempelajari bagaimana keefektifan memperoleh dan menerapkan pengetahuan, menggunakannya secara benar seperti pengambilan dan proses pengetahuan untuk belajar dan memakai bermacam-macam pengetahuan. Proses ini untuk membedakan bermacam-macam pengetahuan, seperti pengetahuan tentang kenyataan yang berlawanan dengan pengetahuan tentang hukum alam. Dengan perbedaan ini dapat dijadikan sebagai dasar penialaian, namun proses ini sama dengan memperhatikan pemahaman dan permasalahan-permasalahan yang ada.
Jika kami menerima bagian pembelajaran bagaimana memperoleh dan menerapkan pengetahuan lebih penting dari pembelajaran pengetahuan dasar (dan mungkin lebih penting daripada pembelajaran pengetahuan khusus yang dapat menjadikannya hal yang tetap), kemudian dalam pembelajaran siswa dalam proses kognitif umum dan menerima metode yang dapat mengembalikan satu kritika tujuan pendidikan.

Kejanggalan Situasi dalam Pendidikan

Suatu kejanggalan yang terdapat di sekolah: anak diminta untuk mengidentifikasi objek, menjelasan pemikirannya, membuat kesimpulan, membuktikan pernyataan, dan lain sebagainya. Tetapi tidak diajari dan tidak diberi tahu apa itu identifikasi, bagaimana memecahkannya, bagaimana membuat rangkuman, bagaimana membuktikan pernyataan, dan lain-lain. Hal ini bukan suatu kekurangan dalam hal mendefinisikan secara formal, tetapi kekurangan penegtahaun tentang proses mental dan sistemnya, serta menggunakannya proses ini.

Metode

Pengertian Metode
Beberapa definisi metode dalam filsafat dan literatur ilmu pengetahuan sering kacau dan berbeda antara satu ilmu dengan ilmu yang lain, misalnya penggunaan istilah metode dalam bahasa sehari-hari.
Metode menurut semantik diartikan dua macam, yaitu 1) tindakan yang membahas pemecahan masalah atau tugas, 2) aturan yang menegaskan untuk mengerjakan suatu tindakan. Untuk membedakan dua pengertian tersebut, kami akan menunjukan metode sebagai sistem tindakan yang di lambangkan dengan M¬a, dan metode sebagai sistem aturan yang dilambangkan dengan Mp. Pada umumnya, cara untuk menyelesaikan masalah baru atau tugas baru, anak pertama Ma dan kemudian baru mengubahnya menjadi Mp.
Kami mendefinisikan metode sebagai bentuk sistem pembelajaranatau kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Definisi menunjukan adanya karakteristik yang penting dari pengertian metode:
1. Metode adalah sistem pembelajaran,
2. Metode adalah kesatua struktur yang tetap dari dasar pembelajaran, dfan
3. Metode selalu berorientasi pada tujuan.
Dalam bahasa sehari-hari pengertian metode sering diartikan sebagai bagian dari proses, prosedur, bimbingan, teknik, strategi, dan yang lainnya. Permasalahannya berdasarkan pengertian tersebut menjadi ambigu.
Dari dulu konsep, proposisi, dan metode adalah pembangun kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan gejala nyata kemasyarakatan dalam bahasa. Dalam situasi belajar menunjukkan adanya gejala psikologi subjektif yang merupakan bagian dari gejala sosial subjektif. Metode subjektif boleh dan tidak boleh menyesuaikan diri dengan metode objektif. Oleh karena itu, hal yang penting dalam pendidikan adalah masalah metode pembelajaran yang selalu memberi jalan pada metode subjektif yang akan membentuk pola pikir siswa yang lebih efektif.

Hubungan Antara Metode (Cara) dengan Keterampilan

Meskipun kenyataan metode dan keterampilan tidak sama, perbedaan ini dilihat dari gejala psikologi. Kenyataan ini dapat dicontohkan pada kegiatan berenang. Orang yang mengetahui apa yang harus dilakukan dalam kegiatan berenang, belum tetntu ia dapat melakukan kegiatan berenang. Hal ini jelas perbedaan antara pengetahuan atau cara melakukan sesuatu dengan keterampilan untuk melakukan sesuatu.
Namun, kenyataannya antar sistem tindakan dan keterampilan melakukan tindakan memiliki hubungan langsung. Sistem tindakan sebagai kemampuan untuk memahami sesuatu tindakan sebagai proses psikologi dan menghubung-hubungkan dalam bagan otak manusia. Kemampuan melakukan tindakan (skill) terbentuk berdasarkan pemahaman suatu tindakan yang telah ditata dalam otak manusia.
Perbedaan antara kedua kemampuan tersebut memerlukan suatu metode tertentu. Sebuah metode pengajaran untuk mengetahui kemampuan secara verbal dan untuk membentuk pengoperasiannya (baik secara fisik maupun mental). Situasi yang dapat diperoleh yang ditempatkan di sekolah dan kehidupan nyata adalah:
1. Siswa memahami cara-cara dan dapat melakukan sesuai dengan petunjuknya.
2. Siswa memahami cara-caranya, tetapi tidak dapat melakukannya , contoh siswa mengetahui cara berenang, tetapi tidak bisa berenang,
3. Siswa tidak memahami cara-caranya, tetapi dapat melakukan sesuai dengan petunjuknya, contoh siswa yang bisa berenang, tetapi tidak bisa menjelaskanapa yang dilakukan atau merumuskan suatu sistem hasil pekerjaan.
4. Siswa tidak memahami cara-caranya, dan tidak dapat melakukan sesuai petunjuknya.

Kegagalan Mengajar dengan Metode Umum Berfikir dalam Pembelajaran Konvensional.

Masalah yang sering kita jumpai ketika guru mengajar adalah menyuruh siswa untuk memecahkan masalah, tanpa mengetahuai atau tidak memperhatikan tipe pelajarannya. Semua kelas disamakan. Hal ini tidak benar karena tidak melibatkan pola pikir dan potensi siswa.
Maka, Dr. Zykova, menjelaskan pelajaran geometri pada Moscow School. Dr. Zykova menjelaskan apa yang dilakuakn guru dan apa yang dilakukan siswa, yaitu:

Kegiatan Pembelajaran 1
Guru menjelaskan beberapa bentuk segitiga dan menjelaskan ciri-cirinya. Selanjutnya guru berkata bahwa pada hari ini kita akan mempelajari segitiga siku-siku dan definisinya (”Segitiga siku-siku adalah segitiga yang memiliki sudut 900).

Kegiatan Pembelajaran 2
Gur menunjukkan sgitiga siku-siku dengan memberikan beberpa ilustrasi atau gambaran yang menerangkan konsep tersebut.

Kegiatan Pembelajaran 3
Guru melengkapi dengan praktik, siswa mempelajari konsep segitiga siku-siku dan bagaimanamenerapkannya:
• Guru berkata kepada siswa tentang pengertian segitiga. Saebagian siswa mengoreksinya.
• Guru berkata kepada siswa untuk memberi contoh gambar segitiga siku-siku di papan tulis. Dua siswa mengoreksinya.
• Guru menunjukkan beberap bangu geometri di papan tulis, di antaranya segitiga siku-siku dan segitiga yang lainnya. Kemudian siswa disuruh menunjukkan mana yang termasuk segitiga siku-siku dan mana yang bukan.
• Guru berkata kepada siswa jika ada yang ingin ditanyakan atau ada yang belum jelas. Siswa menanggapi dengan senang –dalam pengulangan- bahwa semuanya sudah jelas.

Pendekatan Landamatik dalam Pembelajaran

Landamatik menyumbangkan dan memajukan perbedaan bentuk pendekatan yang sudah lazim, konsep, dan proses berfikir dengan sengaja menjelaskan metode pengajaran berfikir (Instruksional Thingking Method).

Pendekatan Landamatik adalah:
1. Membuat hitungan yang banyak, tidak perlu variasi.
2. Adanya jaminan adanya bentuk yang sebenarnya dan cukup lazim.
3. Adanya jaminan pembentukan dasar yang cukup lazim pada pembentukan dalial dan konsep yang tepat.
4. Adanya jaminan pembentukan cara pemerolehan yang efektif dan dapat mengaplikasikan pengetahuannya (ilustrasi, konsep, dan dalil).
5. Adanya jaminan yang cukup luas dan proses pemindahan yang tepat, tidak membatasi pengalaman pada pengetahuan lain dan mengubah mental pada masalah dan situasi yang baru.
6. Adanya jaminan untuk menghilangkan kesalahan dan kekeliruan dalam belajar.
7. Adanya jaminan mengembangkan kemampuan untuk mengatur sendiri, menata sendiri, dan mengontrol sendiri dalam menoperasikan mental.
8. Kemungkinan menyelesaikan semua tugas yang lebih dapat dipercaya dan relatif cepat.

Strategi 1: Disovery (Penemuan) dengan Bimbingan

Pembelajaran dengan menggunakan teknik atau metode penemuan dengan bimbingan meliputi:

Kegiatan Pembelajaran 4,
Perintahkan siswa untuk menemukan dan mengumpulkan tugas dan menyimpulkan dengan nyata sistem operasi mental untuk diaplikasikan pada konsep belajar dan mendefinisikannya. Berilah tugas untuk mengidentifikasi objek yang dimilki atau yang tidak dimiliki kelas.

Kegiatan Pembelajaran 5,
Perintahkan siswa untuk menerangkan rumus yang memberikan sistem pembelajaran:

Kegiatan Pendidikan
1. Bertanyalah kepada siswa rumusan secara lengkap atau beberapa petunjuk (cara ini tidak hanya untuk mengetahui definisi segitiga siku-siku, tetapi siswa bisa menerpakannya pada segitiga lain mana yang termasuk segitiga siku-siku dan mana yang bukan).
2. Jika siswa telah merimuskan cara yang benar, melanjutkan pembelajaran berikutnya, jika belum merencanakan hal tersebut, bagaimana merumuska sebuah metode dengan kegiatan mengenal apakah segitiga siku-siku atau bukan.

Kegiatan Pembelajaran 6,
Melengkapi praktik dengan mengaplikasikan rumusan.

Kegiatan Pendidikan:
1. Katakan pada siswa untuk mengerjakan tugas sekarang, yaitu menerapakan metode formulasi yang digunakan untuk untuk mengenal segitiga siku-siku di antar segitiga yang lain.
2. Tunjukkanlah beberapa variasi segitiga dan membedakannya menurut metode tersebut, memiliki segitiga siku-siku dan yang lain.
3. Rencanakan apa yang harus mereka lakukan dengan cara menggunakan metode setahap demi setahap. Melihat pembelajaran pertamadan mengerjakan apa yang dikatakannya, kemudian melihat pembelajaran yang kedua dan melakukan apa yang dikatakannya. Contoh menurut metode ini siswa mudah mengidentifikasi segitiga siku-siku dengan melihat posisi sudut tegak lurus.

Kegiatan Pembelajaran 7,
Melengkapi dnganmenggunakan metode internalisasi, latihan khusus secar terus menerus untuk menjamin kepandaian secar tuntas.

Kegiatan Pendidikan:
1. Katakan pada siswa bahwa mereka sekiranya tidak banya membutuhksan petunjuk yang terdapat pada papan tulis dan sekiranya mengulangnya pada pembelajaran sendiri.
2. Katakan pada siswa bahwa sekarang kamu akan menghapus petunjuk yang ada di papan tulis dan menunjukkan beberapa segitiga. Mereka harus membedakan segitiga siku-siku dengan memberi petunjuk sendiri seperti petunjuk yang ada di papantulis. Para siswa lebih mudah membentuk semua yang diperlukan dalam kegiatan mental dengan memeberi petunjuk sendiri.

Kegiatan Pembelajaran 8
Efek otomatisasi dengan metode yang melibatkan mental.

Kegiatan Pendidikan
1. Katakan pada siswa bahwa mereka tidak memerlukan kebutuhan selanjutnya dalam petunjuk diri. Mereka sekarang memamhami apa yang dilakukannya dalam mengenal sgitiga siku-siku.
2. Tunjukkan pada siswa sejumlah segitiga di antara yang mereka miliki untuk mendapat segitiga siku-siku. Katakan untuk mendapatkan secara cepat tidak mungkin tanpa memberikan petunjuk diri. Siswa lebih mudah memberi segitiga siku-siku seketika itu juga.

Mekanisme Psikologi pada Metode Internalisasi dan Otomatisasi

Teori Landamatik di dalam belajar dan praktik ada tiga tahap, yaitu:
1. Tahap pertama adalah mempelajari sebuah cara (metode) dari apa yang ada di luar sebagai bentuk pelajarana (bisa berupa catatan atau elektronik).
2. Tahap kedua adalah mengoperasikan ke dalam bentuk dari dalam diri melalui petunjuk sendiri. Ini adalah tahap internalisasi.
3. Tahap ketiga adalah mewujudkan kebutuha beberpa petunjuk yang hilang dan mulai menoperasikannya yang disesuaikan dengan tujuan dan permasalahan sendiri. Ini adalah tahap otomatisasi.

Strategi 2: Pengajaran Ekspositori

Dengan strategi 2, Siswa memiliki konsep segitiga siku-siku, bentuk lain dari segitiga, dan mendefinisikannya (seperti pada strategi 1), dalam hal ini guru semata-mata hanya mengajar semua pengetahuannya pada siswa yang sudah siap (dengan mengilustrasikan dan latiahn)

Strategi 3: Kombinasi Strategi

Dengan strategi ini, berfikirlah pada sebuah topik pembelajaran yang menggunakan strategi dirkoveri (penemuan), dan tentu berfikir lain pada pengajaran untuk melengkapi pengetahuan dalam bentuk yang sudah siap. Pilihan topik yang mengharuskan atau tidak mungkin hanya dengan pengajaran atau strategi, namun memerlukan beberapa strategi. Ini adalah faktor yang menentukan keobjektifan guru yang memberikan kesempatan dang dengan keuntungan dari metode yang lengkap tersebut.

Pembahasan Tingkatan Umum pada Metode

Metode yang digunakan untuk mendefinisikan segitiga siku-siku adalah metode umum yang diterapkan untuk beberap segitiga siku-siku, tapi apakah bisa suatu saat metode tersebut diaplikasikan pada poko bahasan lain? Apakah mungkin menjadi lebih umum? Jawabnya, bisa.
Dengan contoh sebagai titik awal, kami akan menggunakan metode yang sudah digunakan untuk mengidentifikasi segitiga siku-siku. Metode tersebut sebgai metode tingkat paling rendah (awal) disebut d1, metode pada tingkat berikutnya disebut d2, misalkan untuk menjelaskan belah ketupat.
Perhatikan perbedaan antara d1 dengan d2 yang dijelaskan pada tabel berikut:
Metode 1 (d1) Metode 2 (d2)
Digunakan untuk mengidentifikasi segitiga siku-siku.

1. Menunjukkan identitas segitiga siku-siku, yaitu segitiga yang memiliki sudut 900.
2. Berfikir dengan sunguh-sungguh untuk menandai beberapa segitiga dan melihat apakaha memiliki sudut 900.
3. Buatlah kesimpulan seperti berikut:
a. Jika segitiga memiliki sudut 900, maka disebut segitiga siku-siku.


b. Jika segitiga tidak memiliki sudut 900 maka bukan segitiga siku-siku. Digunakan untuk mengidentifikasi objek seperti d1 atau bukan pada kelas yang nyata.
1. Menunjukkan definisi pada kelas dan memisahkan berdasrkan sifat.

2. Berfikir dengan sungguh-sungguh untuk menandai beberapa objek dan melihat tanda dari semuanya.
3. Buatlah kesimpulan seperti berikut:
a. Jika objek memiliki tanda yang sma sebagai definisi, maka dikelompokan dalam kelas yang sama.
b. Jika objek memiliki tanda yang berbeda sebagai definisi, maka bukan objek yang berkelas sama.

Mungkinkah Metode 2 Selalu Dapat Digunakan?

Tidak selamanya metode 2 dapat digunakan. Pada pekerjaan yang hanya menggunakan konjungsi (hubungan), kita bisa menggunakan metode 2 tersebut. Namun, jika pekerjaan yang memiliki hubungan terpisah (disjunctive), maka metode 2 ini tidak bisa digunakan. Oleh karena itu, kita perlu menggunakan metode lain yaitu metode 3.
Untuk memperjeles keterangan ini, berikut ini dijeaskan perbedaan metode 2 dengan metode 3 dalam tabel berikut:
Metode 2
(untuk konsep yang berhubungan) Metode 3
(untuk konsep yang terpisah)
Identifikasi objek yang sama dan tidak sama pada kelas yang nyata.
1. Tunjukkan definisi pada suatu kelas dan pisahkan berdasarkan penanda sifat.
2. Pikirkan dengan sungguh-sungguh penanda yang diberikan pada beberapa objek dan amati semuanya.

3. Buatlah kesimpulan sebagai berikut:
a. Jika sebuah objek menandai kesamaan sebagai definisi, maka objek tersebut dimasukkan ke dalam objek yang memiliki kesamaan tersebut.
b. Jika sebuah objek tidak memiliki kesamaan penanda sedikit pun, maka tidak dimasukkan dalam kelas yang seobjek. Identifikasi objek yang sama dan tidak sama pada kelas yang nyata.
1. Tunjukkan definisi pada suatu kelas dan pisahkan berdasarkan penanda sifat.
2. Pikirkan dengan sunguh-sungguh penanda dari beberap objek dan telitilah penanda yang paling kecil atau sedikit.
3. Buatlah kesimpulan seperti berikut:
a. Jika sebuah objek memiliki penanda paling kecil (sedikit) sebagai definisi, maka dikelompokkan dalam kelas pada objek yang sedefinisi.
b. Jika tidak memeliki semua penanda, maka tidak dikelompokkan pada kelas yang memiliki definisi objek yang sama.

Jumat, 01 Januari 2010

Analisis Puisi “Kau Bukan Israil” dalam Kumpulan Puisi ”Surat untuk Ayah” (Tinjauan Struktural dan Semiotik)

By: Ignatius Purnomo

1. Pendahuluan
Teori struktural dan semiotik pada dewasa ini merupakan salah satu teori sastra (kritik sastra) yang terbaru di samping teori estetika resepsi dan dekonstruksi. Akan tetapi, teori ini belum banyak dimanfaatkan dalam bidang kritik sastra di Indonesia. Pada umumnya kritik sastra atau apa yang dinamakan kritik sastra di Indonesia dewasa ini masih mempergunakan teori-teon sastra (kritik) yang lama, yang sudah ketinggalan dalam perkembangan kemajuan studi sastra pada umumnya (Pradopo, 1995:140).
Oleh karena itu, dalam pembicaraan ini dicoba untuk menerapkan teori tersebut dalam menganalisis puisi Indonesia untuk turut memperkembangkan studi sastra dalam kesusastraan Indonesia modern. Teori struktural dan semiotik (Pradopo, 1995:140) merupakan teori kritik sastra objektif.
Dikemukakan Abrams (1971:3-29) bahwa ada empat pendekatan terhadap karya sastra, yaitu pendekatan (1) mimetik yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam (kehidupan) (2) pendekatan pragmatik yang menganggap karya sastra itu adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu; (3) pendekatan ekspresif, yang menganggap karya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman penyair (sastrawan); dan (4) pendekatan objektif yang menganggap karya sastra sebagai sesuatu yang otonom, terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan pengarang. Maka dalam kritik ini yang penting adalah karya sastra itu sendiri, yang khusus dianalisis struktur intrinsiknya.
Kritik objektif ini timbul sekitar tahun 1920 dengan tampilnya kaum Kritikus Baru (New Critics) dari Miran Chicago (Chicago School), dan kaum Formalis Eropa (Abrams,1971:37). Sepanjang sejarahnya kritik objektif ini mendapat reaksi-reaksi dan mengalami perbaikan dan penyempurnaan hingga kemudian para kritikus objektif sekarang ini disebut oleh Hawkes (dalam Pradopo, 1995:141) sebagai golongan Kritikus Baru yang Baru (New New Critics) yang lebih menyempurnakan teori-teori kritik sastra dan penerapan kritik sastra objektif. Di antaranya ialah teori struktural dan semiotik.

2. Landasan Teoretik
a. Analisis Struktural
Menganalisis sastra atau mengkritik karya sastra (puisi) itu adalah usaha menangkap makna dan memberi makna kepada teks karya sastra puisi (Hardjana, 1983:10). Karya sastra itu merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Untuk menganalisis struktur sistem tanda ini perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda yang terjalin dalam sistem (struktur) tersebut. Ilmu pengetahuan tentang tanda ini disebut semiotik (Abrams, 1971:170). Oleh karena itu, analisis semiotik itu tak dapat dipisahkan oleh analisis struktural.
Analisis struktural ini merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain (Teeuw, 1983:61), tanpa itu kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri, tidak akan tentangkap. Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.
Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Karena itu, untuk memahami karya sastra (puisi) haruslah puisi dianalisis (Hardjana, 1983:12) Namun, sebuah analisis yang tak tepat hanya akan menghasilkan kumpulan fragmen yang tak saling berhubungan. Unsur-unsur sebuah koleksi bukanlah bagian-bagian yang sesungguhnya. Maka, dalam analisis puisi bagian itu haruslah dapat dipahami sebagai bagian dan keseluruhan. Sajak itu adalah struktur yang merupakan susunan keseluruhan yang utuh. Antara bagian-bagiannya saling erat berhubungan (Pradotokusumo, 2005:37-38). Tiap unsur dalam situasi tertentu tidak mempunyai arti dengan sendirinya, melainkan artinya ditentukan oleh hubungannya dengan unsur-unsur lainnya yang terlibat dalam situasi itu. Makna penuh suatu satuan atau pengalaman dapat dipahami hanya jika terintegrasi ke dalam struktur yang merupakan keseluruhan dalam satuan-satuan itu. Antara unsur-unsur struktur itu ada koherensi atau pertautan erat; unsur-unsur itu tidak otonom, melainkan merupakan bagian dan situasi yang rumit dan dari habungannya dengan bagian lain, unsur itu mendapatkan artinya. Jadi, untuk memahami sajak, haruslah diperhatikan jalinan atau pertautan unsur-unsurnya sebagai bagian dari keseluruhan.

b. Analisis Semiotik
Semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu inempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang mernungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada (ditentukan) konvensi-konvensi tambahan dan meneliti ciri-ciri (sifat-sifat) yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus) wacana mempunyai makna (Preminger, dkk., 1974: 980).
Studi sastra bersifat semiotik adalah usaha untuk menganalisis sastra sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur-dalam atau hubungan dalamnya, akan dihasilkan bermacam-macam arti; kritikus menyendirikan satuan-satuan berfungsi dan konvensi-konvensi sastra yang berlaku (Preminger dkk,1974:981). Dikemukakan Preminger lebih lanjut (1974:981) bahwa puisi adalah sistem semiotik tingkat kedua yang mempergunakan sistem semiotik tingkat pertama yang berupa bahasa tertentu. Sistem tanda tingkat pertama itu diorganisasikan sesuai dengan konvensi-konvensi tambahan yang memberi arti-arti dan efek-efek yang lain dan yang dimiliki prosa biasa. Tugas semiotik puisi adalah membuat eksplisit asumsi-asumsi implisit yang menguasai produksi arti dalam puisi.
Analisis semiotik itu tak dapat dipisahkan dari analisis struktural, dan sebaliknya (Junus,1981:17). Bagian-bagian (unsur-unsur) karya sastra itu mempunyai makna dalam hubungannya dengan yang lain dan keseluruhannya. Alasannya adalah karya sastra itu merupakan stuktu tanda-tanda yang bermakna. Tanda memperhatikan sistem tanda, tanda dan maknanya, dan konvensi tanda, struktur karya sastra (atau puisi) tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Oleh karena itu, strukturnya harus dianalisis dan bagian-bagiannya yang merupakan tanda-tanda yang bermakna dalamnya harus dijelaskan.
Tokoh yang dianggap pendiri semiotik adalah dua orang yang hidup sezaman, yang bekerja secara terpisah dan dalam apangan yang tidak sama (tidak saling mempengaruhi), yang seorang ahli linguistik yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan seorang ahli filsafat yaitu Charles Sander Peirre (1839-1914). Saussure menyebut ilmu itu dengan nama semiologi, sedang Pierre menyebutnya semiotik (semiotics). Kemudian nama ini sering dipergunakan berganti-ganti dengan pengertian yang sama. Di Perancis dipergunakan nama semiologi untuk ilmu itu, sedang di Amerika lebih banyak dipakai nama semiotik.
Semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu petanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh, penanda itu yaitu artinya. Contohnya kata ‘ibu’ merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti: ‘orang yang melahirkan kita’ (Pradopo, 1995:119).
Tanda itu tidak hanya satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama ialah ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potret menandai orang yang dipotret, gambar pohon menandai pohon.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya, misalnya asap menandai api, alat penanda angin menunjukkan arah angin, dan sebagainya.
Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya bersifat arbitrer (semau-maunya). Arti tanda itu ditentukan oleb konvensi. ‘Ibu’ adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (Indonesia). Orang Inggris menyebutnya mother, Perancis menyebutnya Ia mere, dsb. Adanya bermacam-macam tanda untuk satu arti itu menunjukkan “kesemena-menaan’ tersebut. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol.
Perlu diperhatikan, dalam penelitian sastra dengan pendekatan semiotik, tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari (diburu), yaitu berupa tanda-tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat (dalam pengertian luasnya). Misalnya, dalam penokohan, seorang tokoh tertentu, misalnya dokter (Tono dalam Belenggu karya Armijn Pane) dicari tanda-tanda yang memberikan indeks bahwa ia dokter. Misalnya Tono, ia selalu mempergunakan istilah-istilah kedokteran, alat-alat kedokteran, mobil bertanda simbol dokter, dan sebagainya.
Supriyanto (2007:5-9) dengan tegas membedakan antara teks dengan naskah. Teks bersifat abstrak sementara naskah riil. Naskah memuat teks. Oleh karena itu, analisis semiotik sebuah karya sastra bermula dari pemahaman naskah (pembacaan heruistik) untuk mencapai tingkat makna atau teks (pembacaan hermeneutik).

3. Analisis Puisi
“Kau Bukan Israil”dalam Kumpulan Puisi Ratih Sang yang berjudul Surat untuk Ayah, 2006, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, halaman 30-31. (Tinjauan Struktural dan Semiotik)

Kau Bukan Israil

Jangan kau aniaya badanmu
Selain kau mendapatkan izin
Dari yang menciptakan badanmu
karena Dia menciptakan
Badanmu selama 9 bulan 10 hari
Agar ragamu sempurna

Kesempurnaan ....
Tidak hanya jari lima di satu tangan,
Tidak hanya dua mata, satu hidung, satu mulut dalam satu wajah
Tetapi lebih daripada itu
Kesempurnaan milyaran sel dan ratusan alat-alat
Dalam ragamu yang membuat hidup

Kesempurnaan itu begitu paripurna
Tak akan pernah bisa terbayangkan
Cara membuat kesempurnaan itu
Apalagi mencoba melakukannya

Jangan kau aniaya dan coba kau paksa lepas ruhmu
Karena ruh diciptakan olehNya
Jauh sebelum ragamu terciptakan
Ruhmu tersimpan dalam arsyNya
Dan hanya Dialah yang berhak meminta keluar dari ragamu
Begitu cintanya Dia padamu
Tak tega Dia mencabut nyawamu
Dia mengirimkan malaikat Israil untuk mengambilnya

Jangan kau putuskan asamu
Asa itulah yamg membedakanmu
Dengan makhluk lain yang juga bernyawa

Apalagi untuk alasan yang tak terlalu berharga
Karena yang berharga adalah
Cintamu pada Allah
Yang tanpa izinNya jantungmu tak berdenyut
Yang tanpa RahmanNya, engkau tak bisa
Memelihara anak-anakmu dalam rahimmu

Janganlah kau putus asa
Karena Allah tak pernah putus asa
Untuk mengharapkan engkau menghamba padaNya
Meski kau dalam lupa
Meski kau dalam khianat
Dia tetap mengharapkanmu
Jakarta, 14 Juni 2005


a. Pembacaan Heuristik
Dalam pembacaan heuristik ini puisi dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya.


Kau bukan Israil
Bait 1
Jangan kau aniaya badanmu, selain (kecuali) kau mendapatkan izin
dari yang menciptakan badanmu (Tuhan) karena Dia (Tuhan) menciptakan badanmu selama 9 bulan 10 hari agar ragamu sempurna
Bait 2
Kesempurnaan itu tidak hanya jari lima di satu tangan, tidak hanya dua mata, satu hidung, satu mulut dalam satu wajah, tetapi lebih daripada itu. Kesempurnaan milyaran sel dan ratusan alat-alat dalam ragamu yang membuat hidup.
Bait 3
Kesempurnaan itu begitu paripurna (sangat sempurna) . Tak akan pernah bisa terbayangkan cara membuat kesempurnaan itu, apalagi mencoba melakukannya.
Bait 4
Jangan kau aniaya dan coba kau paksa lepas ruhmu karena ruh diciptakan olehNya (Tuhan) jauh sebelum ragamu terciptakan Ruhmu tersimpan dalam arsyNya (tahta atau singasana Tuhan). Dan hanya Dialah yang berhak meminta keluar dari ragamu. Begitu cintanya Dia padamu, Tak tega Dia mencabut nyawamu. Dia mengirimkan malaikat Israil untuk mengambilnya
Bait 5
Jangan kau putuskan asamu. Asa itulah yamg membedakanmu dengan makhluk lain yang juga bernyawa.
Bait 6
Apalagi untuk alasan yang tak terlalu berharga karena yang berharga adalah cintamu pada Allah.Yang tanpa izinNya jantungmu tak berdenyut. Yang tanpa RahmanNya, engkau tak bisa memelihara anak-anakmu dalam rahimmu.
Bait 7
Janganlah kau putus asa karena Allah tak pernah putus asa untuk mengharapkan engkau menghamba padaNya. Meski kau dalam lupa, meski kau dalam khianat, Dia tetap mengharapkanmu.


b. Pembacaan Hermeneutik
Judul puisi ”Kau bukan Israel” sebuah judul yang mengandung rujukan tak jelas. Pertama, Siapakah yang dimaksud kau? Kau merupakan kata ganti orang kedua tunggal yang memiliki nuansa kedekatan personal dengan orang pertama aku (pengarang Ratih Sang) dan berkonotasi positif (bandingkan dengan kata kamu). Dalam konteks bahwa puisi ini merupakan bagian dari seluruh kumpulan puisi ”Surat untuk Ayah” kiranya tepat bahwa kau yang dimaksud adalah ayah. Namun, dalam konteks kekinian lepas dari analisis sinkronis sastra, kau bisa bermakna orang/manusia/para pembaca. Kedua, frase ”bukan Israel” bisa ditafsirkan sebuah negara atau bangsa selain negara atau bangsa Israil., misalnya Indonesia, Amerika, dan lain sebagainya. Namun, kata Israil di sini bisa ditafsirkan secara lebih mendalam melalui tafsir alkitabiah. Israil adalah sebuah bangsa yang dipilih Allah dalam karya penyelamatan manusia. Sebuah bangsa yang dibebaskan dari perbudakan dan penjajahan bangsa Romawi. Sebuah bangsa yang diberkati oleh Allah. Sebuah bangsa yang suci, bebas dari belenggu dosa, dan penuh kesempurnaan. Dengan demikian, judul ”Kau bukan Israil” bermakna manusia yang penuh dengan dosa.
Puisi ”Kau bukan Israil” terdiri atas tujuh bait yang dapat dipilah menjadi tiga pokok pikiran. Pokok pikiran pertama adalah larangan untuk melakukan penganiayaan badan. Hal ini terdapat pada bait 1, 2, dan 3. Pokok pikiran kedua adalah larangan penganiayaan ruh dan pencobaan bunuh diri. Hal ini terdapat pada bai ke-4. Pokok pikiran ketiga adalah larangan untuk berputus asa. Hal ini terdapat pada bait 5, 6, dan 7. Masing-masing pokok pikiran diuraikan secara kausatif dengan argumentasi yang sangat mendasar.
Manusia tidak diperkenankan menganiaya badannya selain mendapatkan izin dari yang menciptakan badan. Artinya, badan manusia diciptakan dengan keadaan sempurna adanya. Hal ini ditegaskan pada kalimat berikutnya bahwa penciptaan badan itu berlangsung 9 bulan 10 hari agar raga sempurna. Namun, pernyataan ”selain kau mendapatkan izin dari yang menciptakan badanmu” bisa juga bermakna bahwa manusia diciptakan dalam kondisi cacat fisik. Cacat secara fisik ini jangan sekali-kali dilihat secara parsial. Hal ini ditegaskan pada bait kedua dan ketiga bahwa kesempurnaan itu harus dilihat dalam konteks kehidupan, jangan hanya dilihat dari kelengkapan jari dalam satu tangan dan kelengkapan mata, hidung, dan mulut dalam satu wajah. Kesempurnaan itu begitu paripurna, menyeluruh dalam aspek kehidupannya.
Manusia tidak diperkenankan menganiaya dan mencoba bunuh diri (dengan paksa melepas ruh) karena ruh itu diciptakan Tuhan jauh sebelum raga manusia diciptakan. Hanya Tuhan yang berhak meminta keluar dari raga manusia. Namun ditandaskan pada baris berikutnya bahwa Tuhan tak tega mencabut nyawa manusia karena semata-mata Tuhan sangat mencintai manusia. Hal ini menjadi jelas pada baris berikutnya: Tuhan mengutus malaikat Israil untuk mengambil nyawa manusia.
Manusia diminta untuk tidak berputus asa karena asa itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain yang bernyawa (binatang) apalagi untuk alasan yang tidak berharga. Yang berharga adalah cinta manusia kepada Allah karena Allah penuh rahmat dan kerahiman. Jangan pula berputus asa sebab Allah tak pernah putus asa menanti manusia untuk menghamba kepadanya walaupun manusia itu penuh alpa dan berkhianat.

4. Penutup
Puisi berjudul ”Kau bukan Israil” syarat dengan nasihat yang berkaitan dengan hakikat kehidupan manusia. Ada tiga elemen pokok dalam setiap kehidupan manusia yang cenderung rapuh, yaitu badan (elemen fisik), ruh (elemen jiwa), dan asa (elemen kehendak). Manusia pada dasarnya lemah pada ketiga elemen itu. Dengan puisi yang berjudul ”Kau bukan Israel” inilah manusia diingatkan untuk menjaga kesempurnaan dalam hidupnya.



Daftar Pustaka

Abrams, M.H. 1979. The Mirror and The Lamp. London-New York: Oxford University
Press.

Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics. London: Roudledge & Kegan Paul.

Hawkes, Terence. 1978. Structuralism and Semiotics. London: Methuen & Co. Ltd.

Hill, Knox C. 1966. Interurating Literature. Chicago: The University Press of Chicago.

Jakobson, Roman. 1978. “Closing Statement: Linguistics and Poetics’ dalam Thomas A.
Sebeok (Ed). Style hi Language Cambridge,
Massachusetts: The
Massachusetts Institute of Technology.

Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan.

Pradopo, Rakhmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Preminger, Alex, dkic, 1974. Princeton Encyclopedia of Poetry and Poetics. Princeton:
Princeton University Press.

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington & London: Indiana
university Press.
Sang, Ratih. 2006. Surat untuk Ayah (Kumpulan Puisi). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sansom, Clive. 1960. The World of Poetry. London: Phoenix House.

Seung, T.X. 1982. Semiotics and Thematics in Hermeneutics. New York: Columbia
University Press.

Supriyanto, Teguh. 2008. Teks dan Ideologi: Studi Sastra Populer Cerita Silat.
Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

KATA MUTIARA

Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan

Hidup akan terasa "berarti saat kita dibutuhkan; Hidup akan terasa "berwarna" saat kita bisa berbagi

Memang baik menjadi orang penting tetapi lebih penting menjadi orang baik

Daripada seribu kata yang sulit diartikan, adalah lebih baik sepatah kata yang bermanfaat yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya

Jadikan "kekurangan kita" sebagai motivasi agar kita bisa lebih baik; bukannya untuk dimaklumi

Yang paling berat dalam hidup ini bukanlah "bekerja" melainkan bila tidak ada yang dikerjakan

Jangan puas dengan APANYA, akan tetapi berusahalah belajar mengetahui BAGAIMANA

Jangan kecewa bila dunia tidak mengenal ANDA' tetapi kecewalah bila ANDA tidak mengenal dunia

Tidak ada usaha yang gagal, kegagalan adalah usaha untuk mencapai kemenangan

Kemanapun anda pergi, pergilah dengan segenap hati.

Berikan yang sejati untuk yang paling sejati dengan segenap ketulusan hati